POSKOTA.CO.ID – Penyesalan muncul ketika kita terus-menerus menengok ke masa lalu, membayangkan “seandainya” yang tak bisa diubah.
Bukan peristiwa eksternal yang menjadi masalah, melainkan bagaimana kita menilainya.
“Hal-hal eksternal bukanlah masalahnya. Yang menjadi masalah adalah penilaian Anda terhadap mereka. Yang dapat Anda hapus sekarang juga.” kata salah tokoh terkenal Stoik, Marcus Aurelius, dikutip oleh Poskota dari laman Daily Stoic.
Oleh karena itu, simak terus artikel ini sampai selesai untuk mengetahui tips selengkapnya.
Baca Juga: Filsafat Stoikisme: Inilah Cara Meraih Tujuan dan Cita-Cita Menurut Para Filsuf Stoik
Mengapa Kita Merasa Menyesal?
Hampir setiap orang pernah merasakan penyesalan setidaknya sesekali dalam hidupnya.
Emosi ini bisa menyakitkan, tapi juga menjadi bahan bakar untuk perbaikan diri, selama kita tidak terjebak dalam keputusasaan.
Seperti yang ditulis Samuel Johnson, seorang penulis terkenal, yang mengatakan bahwa “reformasi diperlukan dan keputusasaan adalah tindakan kriminal,”
Artinya refleksi atas kesalahan harus mendorong kita maju, bukan membuat kita terpuruk.
Fokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan
“Setiap peristiwa memiliki dua pegangan, satu yang dapat digunakan untuk membawanya, dan satu lagi yang tidak," kata salah tokoh Stoik terkenal, Epictetus.
Langkah Praktis:
- Petakan faktor yang Anda kendalikan (pikiran, sikap, tindakan) dan yang Anda tidak kendalikan (kata orang lain, masa lalu).
- Lepaskan gagang yang tidak bisa diangkat: berhenti membayangkan seandainya hasilnya berbeda.
- Salurkan energi untuk memperbaiki apa yang bisa diubah hari ini, misalnya, meminta maaf atau merancang tindakan konkret.
Baca Juga: Stoikisme: Filsafat Kuno untuk Ketangguhan Mental dan Kebahagiaan Hidup
Cintai Takdirmu (Amor Fati)
Amor fati mengajak kita menerima apa pun yang terjadi, baik maupun buruk, sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup.
Cleanthes, seorang pemikir terkenal, mengingatkan, “Takdir membimbing orang yang menerimanya, dan menghalangi orang yang menolaknya,”
Dengan mencintai takdir, setiap tantangan menjadi ladang latihan ketenangan dan ketangguhan.
Tips Mempraktikkan Amor Fati:
- Refleksikan peristiwa sulit: apa pelajaran atau peluang yang diselipkan di dalamnya?
- Gunakan afirmasi harian, misalnya: “Ini terjadi untuk membentuk kekuatanku.”
Baca Juga: Kunci Jawaban Modul 3 Topik 1 PPG 2025: Menggali Filsafat Pendidikan Berbasis Pancasila
Premeditatio Malorum (Pratanamakan Keburukan)
“Kita harus memproyeksikan pikiran kita ke depan pada setiap kesempatan dan memikirkan setiap kemungkinan yang mungkin terjadi, bukan hanya tindakan yang biasa dilakukan," kata Seneca.
Stoik kuno membiasakan membayangkan skenario terburuk, kegagalan, kritik, bencana, sebelum benar-benar terjadi. Dengan begitu, saat tantangan datang:
- Anda sudah siap secara mental.
- Kekuatan dan kepercayaan diri tak mudah goyah.