POSKOTA.CO.ID – Menegakkan kode etik guru menjadi salah satu aspek penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang adil dan berkualitas.
Pada Modul 3 Topik 3 PPG 2025, para peserta ditantang untuk merefleksikan berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam penerapan kode etik serta merumuskan solusi konkrit sebagai langkah aktif dalam peningkatan profesionalisme.
Artikel ini menyajikan lima tantangan utama beserta solusi yang dapat dijadikan acuan untuk menghadapi dinamika dalam proses pembelajaran.
Tantangan 1: Dilema Menempatkan Kepentingan Peserta Didik di Atas Kepentingan Pribadi
Guru sering kali dihadapkan pada situasi di mana keputusan harus dibuat antara mengutamakan kebutuhan peserta didik dan kepentingan diri sendiri.
Keterbatasan waktu, emosi, dan kondisi pribadi dapat membuat tantangan ini semakin kompleks.
Solusinya adalah untuk mengatasi dilema ini, guru hendaknya selalu mengingat kembali alasan dan niat awal dalam memilih profesi pendidik.
Memperkuat komitmen terhadap prinsip-prinsip etika dan menempatkan kesejahteraan siswa sebagai prioritas utama dapat membantu menjaga integritas dan profesionalisme.
Tantangan 2: Metode Pembelajaran yang Seragam untuk Kondisi Kelas yang Berbeda
Tidak jarang guru menerapkan metode pembelajaran yang sama pada setiap kelas, padahal setiap kelas memiliki karakteristik dan kebutuhan yang unik.
Kondisi ini berpotensi mengurangi efektivitas proses pembelajaran.
Solusinya adalah guru perlu menguasai berbagai metode pembelajaran dan secara aktif menggali kebutuhan dari tiap-tiap peserta didik.
Dengan pendekatan yang lebih personal dan adaptif, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif.
Tantangan 3: Perlakuan Berdasarkan Status Sosial Orang Tua
Pembedaan perlakuan terhadap siswa berdasarkan latar belakang ekonomi atau status sosial orang tua dapat menimbulkan ketidakadilan dan berujung pada stigmatisasi di lingkungan sekolah.
Solusinya adalah penting bagi guru untuk menanamkan nilai kesetaraan di setiap diri peserta didik.
Menekankan bahwa pendidikan merupakan hak setiap murid, tanpa memandang latar belakang, akan membantu membangun budaya belajar yang adil dan mendukung perkembangan semua individu.
Tantangan 4: Keterbatasan Sumber Daya dalam Implementasi Metode Inovatif
Seringkali, keterbatasan bahan ajar, fasilitas, maupun dukungan pendukung lainnya menjadi penghambat bagi guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang inovatif.
Solusinya adalah guru dapat mencari alternatif sumber belajar melalui teknologi, internet, atau kolaborasi dengan rekan sejawat.
Membangun jaringan kerjasama dan berbagi pengalaman juga dapat membantu memperkaya materi ajar sehingga proses pembelajaran tetap dinamis meskipun terbatas oleh sumber daya.
Tantangan 5: Tekanan Sosial dan Ekspektasi dari Berbagai Pihak
Selain tuntutan dalam proses mengajar, guru juga menghadapi berbagai tekanan dari orang tua, rekan kerja, maupun masyarakat.
Ekspektasi yang tinggi terkadang menimbulkan rasa khawatir dan beban tambahan dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Solusinya adalah meningkatkan keterbukaan komunikasi dengan semua pihak terkait sangat diperlukan untuk mengurangi tekanan tersebut.
Guru dapat menjelaskan secara mendetail mengenai peran dan batasan etika yang harus dijunjung tinggi. Dengan konsistensi dan transparansi, kepercayaan dari lingkungan sekitar pun akan tumbuh, mendukung terciptanya suasana kerja yang kondusif.