Dalam konteks Kurikulum Merdeka, Understanding by Design (UbD) menjadi salah satu kerangka konseptual yang mendukung guru dalam menyusun pengalaman belajar bermakna. Pendekatan ini menekankan perancangan pembelajaran dari tujuan akhir, bukan dari materi.
Tiga tahap dalam UbD antara lain:
1. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Guru menentukan tujuan berdasarkan Capaian Pembelajaran (CP) yang berlaku. Tujuan dirancang agar spesifik, dapat diukur, dan berorientasi pada kompetensi.
2. Merancang Bukti Penilaian
Tahap ini melibatkan penyusunan asesmen formatif dan sumatif untuk mengukur pemahaman siswa. Bentuk asesmen tidak hanya tes tertulis, tetapi juga proyek, presentasi, atau diskusi yang menguji keterampilan berpikir kritis.
3. Menyusun Rencana Pembelajaran
Kegiatan belajar dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif, mempertimbangkan latar belakang dan gaya belajar mereka. Strategi ini membantu menciptakan suasana pembelajaran yang relevan dan inklusif.
Refleksi Guru dalam Menerapkan UbD dan TaRL
Dalam refleksi Topik 3 Modul 1 PPG 2025, guru mencatat sejumlah perubahan positif serta tantangan yang dihadapi saat menerapkan dua pendekatan tersebut. Berikut beberapa catatan reflektif yang menonjol:
1. Pemahaman Baru tentang Peran Guru
Guru mulai menyadari pentingnya mendesain pembelajaran yang tidak lagi berpusat pada materi, melainkan pada kebutuhan dan minat siswa. Hal ini selaras dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengedepankan asas Tut Wuri Handayani, yaitu memberikan kebebasan belajar untuk membentuk kepribadian.
“Saya kini lebih paham bahwa peran guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi membentuk karakter dan pola pikir siswa melalui metode yang adaptif,” ungkap salah satu peserta PPG dalam jurnal reflektifnya.
2. Tantangan dalam Implementasi
Guru mengamati bahwa tidak semua siswa mudah mengungkapkan pendapat secara lisan, terutama di awal pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, guru menciptakan ruang kelas yang nyaman dan suportif. Memberi waktu lebih banyak dan memanfaatkan media visual seperti gambar, poster, atau video menjadi strategi pendukung.
3. Kontribusi terhadap Pembelajaran
Proyek pembuatan poster bertema nilai-nilai Pancasila menjadi salah satu kegiatan yang menarik. Dalam kegiatan ini, siswa tidak hanya menghafal nilai, tetapi mendalami maknanya melalui eksplorasi visual dan diskusi kelompok.
“Anak-anak jadi lebih bersemangat karena mereka bisa mengekspresikan pendapat melalui gambar dan cerita, bukan hanya teks,” tulis seorang guru dalam laporan refleksinya.
Manfaat Strategis Refleksi Modul bagi Pendidik
Refleksi menjadi sarana penting bagi guru untuk mengevaluasi pendekatan pengajaran mereka secara berkelanjutan. Selain membantu guru memahami efektivitas strategi yang digunakan, refleksi juga memperkuat kompetensi pedagogik.