POSKOTA.CO.ID - Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025 menjadi titik krusial dalam transformasi kualitas tenaga pendidik di Indonesia.
Dalam Topik 3 Modul 1, guru diajak untuk memahami dan menerapkan pendekatan Teaching at the Right Level (TaRL) metode yang menyesuaikan strategi pengajaran dengan tingkat kemampuan aktual siswa, bukan berdasarkan jenjang kelas semata.
Ini merupakan langkah signifikan untuk memastikan pembelajaran benar-benar menyentuh kebutuhan peserta didik.
Baca Juga: Polisi Buru Pelaku Begal Mahasiswa Kedokteran di Lapangan Banteng Jakpus
Pendidikan Profesi Guru: Mengantar Guru Menjadi Fasilitator Pembelajaran
Sejalan dengan pernyataan dalam buku Pendidikan Profesi Guru karya Neni Mariana dkk (2022:48), disebutkan bahwa:
“Tujuan utama PPG adalah membentuk lulusan yang mampu melakukan peran sebagai guru dan berfokus pada keberhasilan belajar peserta didiknya.”
Refleksi terhadap Topik 3 Modul 1 menjadi momen introspeksi penting bagi guru untuk mengevaluasi pendekatan pembelajaran mereka.
Dengan bekal pendekatan TaRL dan prinsip Understanding by Design (UbD), guru didorong untuk lebih kreatif dan strategis dalam merancang pembelajaran yang kontekstual, menyenangkan, dan inklusif.
Pendekatan Teaching at the Right Level (TaRL): Menyesuaikan Pengajaran dengan Kebutuhan Nyata
Pendekatan TaRL menekankan bahwa keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh sejauh mana guru mampu menyesuaikan strategi dengan kemampuan awal siswa.
Bukan rahasia lagi bahwa dalam satu kelas, rentang kemampuan belajar siswa sangat beragam. Oleh karena itu, model pembelajaran satu arah atau seragam tidak lagi relevan.
Melalui refleksi ini, guru memperoleh kesadaran bahwa mereka perlu mengubah paradigma dari pengajar ke fasilitator. Guru menjadi pendamping yang mendeteksi kebutuhan belajar siswa, lalu merancang aktivitas pembelajaran yang merangsang pertumbuhan kemampuan individual.
Understanding by Design (UbD): Rancang Belajar dari Tujuan Akhir
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, Understanding by Design (UbD) menjadi salah satu kerangka konseptual yang mendukung guru dalam menyusun pengalaman belajar bermakna. Pendekatan ini menekankan perancangan pembelajaran dari tujuan akhir, bukan dari materi.
Tiga tahap dalam UbD antara lain:
1. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Guru menentukan tujuan berdasarkan Capaian Pembelajaran (CP) yang berlaku. Tujuan dirancang agar spesifik, dapat diukur, dan berorientasi pada kompetensi.
2. Merancang Bukti Penilaian
Tahap ini melibatkan penyusunan asesmen formatif dan sumatif untuk mengukur pemahaman siswa. Bentuk asesmen tidak hanya tes tertulis, tetapi juga proyek, presentasi, atau diskusi yang menguji keterampilan berpikir kritis.
3. Menyusun Rencana Pembelajaran
Kegiatan belajar dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif, mempertimbangkan latar belakang dan gaya belajar mereka. Strategi ini membantu menciptakan suasana pembelajaran yang relevan dan inklusif.
Refleksi Guru dalam Menerapkan UbD dan TaRL
Dalam refleksi Topik 3 Modul 1 PPG 2025, guru mencatat sejumlah perubahan positif serta tantangan yang dihadapi saat menerapkan dua pendekatan tersebut. Berikut beberapa catatan reflektif yang menonjol:
1. Pemahaman Baru tentang Peran Guru
Guru mulai menyadari pentingnya mendesain pembelajaran yang tidak lagi berpusat pada materi, melainkan pada kebutuhan dan minat siswa. Hal ini selaras dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengedepankan asas Tut Wuri Handayani, yaitu memberikan kebebasan belajar untuk membentuk kepribadian.
“Saya kini lebih paham bahwa peran guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi membentuk karakter dan pola pikir siswa melalui metode yang adaptif,” ungkap salah satu peserta PPG dalam jurnal reflektifnya.
2. Tantangan dalam Implementasi
Guru mengamati bahwa tidak semua siswa mudah mengungkapkan pendapat secara lisan, terutama di awal pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, guru menciptakan ruang kelas yang nyaman dan suportif. Memberi waktu lebih banyak dan memanfaatkan media visual seperti gambar, poster, atau video menjadi strategi pendukung.
3. Kontribusi terhadap Pembelajaran
Proyek pembuatan poster bertema nilai-nilai Pancasila menjadi salah satu kegiatan yang menarik. Dalam kegiatan ini, siswa tidak hanya menghafal nilai, tetapi mendalami maknanya melalui eksplorasi visual dan diskusi kelompok.
“Anak-anak jadi lebih bersemangat karena mereka bisa mengekspresikan pendapat melalui gambar dan cerita, bukan hanya teks,” tulis seorang guru dalam laporan refleksinya.
Manfaat Strategis Refleksi Modul bagi Pendidik
Refleksi menjadi sarana penting bagi guru untuk mengevaluasi pendekatan pengajaran mereka secara berkelanjutan. Selain membantu guru memahami efektivitas strategi yang digunakan, refleksi juga memperkuat kompetensi pedagogik.
Beberapa manfaat dari kegiatan reflektif ini antara lain:
- Meningkatkan kesadaran pedagogis, sehingga guru tidak terjebak pada rutinitas mengajar semata.
- Menyesuaikan strategi dengan hasil asesmen formatif, yang penting dalam pendekatan Kurikulum Merdeka.
- Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan lebih lanjut, seperti penguatan asesmen otentik atau pengelolaan kelas yang adaptif.
Baca Juga: DPRD Jakarta Ragu Sanksi Denda bagi Pelanggar Kawasan Tanpa Rokok Timbulkan Efek Jera
Menuju Transformasi Pendidikan yang Memerdekakan
Pendekatan TaRL dan UbD bukanlah sekadar metode teknis, melainkan filosofi pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai subjek utama pembelajaran. Prinsip “setiap anak belajar pada tingkat yang berbeda” menuntut guru untuk terus mengembangkan kapasitasnya dalam memahami keberagaman di kelas.
Melalui refleksi Topik 3 Modul 1 PPG 2025, kita dapat menyimpulkan bahwa:
- Guru bukan sekadar penyampai pengetahuan, tetapi perancang pengalaman belajar.
- Strategi adaptif lebih efektif dibanding pendekatan satu ukuran untuk semua.
- Refleksi adalah komponen vital dalam praktik profesional seorang guru.
Transformasi pendidikan bukan sekadar perubahan kurikulum, tetapi dimulai dari perubahan cara pandang guru terhadap peran dan tanggung jawabnya.
Program PPG 2025, khususnya dalam Topik 3 Modul 1, memberikan fondasi kuat untuk mendorong para pendidik mengadopsi strategi yang lebih inklusif dan efektif.
Dengan terus merefleksikan praktik mengajar, mengadopsi pendekatan seperti Teaching at the Right Level dan Understanding by Design, serta mengutamakan keberhasilan belajar siswa, maka guru Indonesia dapat benar-benar menjalankan perannya sebagai agen perubahan di dunia pendidikan.