Ia mencontohkan kegiatan mengepel yang bisa dikaitkan dengan pengetahuan tentang air dan bahan kimia ramah lingkungan, sebagai bentuk pengaplikasian pelajaran di sekolah.
Selain itu, siswa didorong untuk berkarya dalam bidang industri kreatif, seperti membentuk grup musik, menulis buku, membuat puisi, belajar bahasa asing bersama, melukis, mendesain, atau membuat kerajinan tangan.
Semua bentuk kreativitas ini diharapkan mendapat pengakuan dari pihak sekolah.
Tak hanya itu, anak-anak yang tertarik pada bidang pertanian juga didorong untuk belajar langsung di lapangan, seperti mengukur luas sawah dan menghitung hasil panen dengan pendekatan matematika.
Menurut Dedi Mulyadi, kegiatan semacam ini justru bisa memberikan pengalaman hidup yang bermakna bagi siswa.
Ia meyakini bahwa pengalaman langsung seperti inilah yang akan membentuk karakter dan pemahaman yang mendalam, yang tidak selalu bisa didapatkan dari buku pelajaran.
Meski kontroversial, sebagian warganet justru mendukung gagasan ini. Mereka menilai bahwa pembelajaran sejati memang tidak selalu datang dari tugas tertulis, melainkan dari kehidupan itu sendiri.