Status endemi Covid-19 di Indonesia: Epidemiolog jelaskan tingkat keparahan, risiko bagi lansia, dan pentingnya surveilans ketat. Baca selengkapnya! (Sumber: Freepik)

Nasional

Covid-19 Kembali Muncul di Indonesia, Epidemiolog: 'Sudah Endemi, Tak Perlu Khawatir'

Selasa 10 Jun 2025, 10:20 WIB

POSKOTA.CO.ID - Kasus Covid-19 kembali terdeteksi di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. Namun, epidemiolog menyatakan bahwa hal ini tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan mengingat status penyakit tersebut kini telah menjadi endemi.

"Kasus infeksi Covid-19 yang banyak saat ini sebetulnya tidak mengagetkan ya karena ini kan sudah endemi. Kemudian ditambah mutasi virus yang mudah menginfeksi manusia dan berita yang meluas, tentu kesadaran aktivitas testing akan meningkat juga. Ini juga akan memperlihatkan kemampuan deteksi menemukan kasus," jelas dr. Dicky Budiman, Epidemiolog dan Peneliti Global Health Security, Senin 9 Juni.

Dicky menegaskan bahwa tingkat keparahan dan kematian akibat Covid-19 saat ini jauh lebih rendah dibandingkan masa pandemi. Meski demikian, kelompok rentan seperti lansia tetap memerlukan perlindungan ekstra.

"Pesan pentingnya meskipun kasus covid-19 sudah menjadi endemi dan kasus kematian menurun, mayoritas tidak bergejala, akan tetap ada secara tradisional kelompok masyarakat yang bisa mengalami keparahan dan kematian. Itu lansia umumnya di atas 65 tahun. Ini yang harus dilindungi dan diberikan akses memadai terhadap layanan kesehatan," tegasnya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Lagi di Asia Tenggara, Ini 8 Langkah Pencegahan yang Harus Diperhatikan

Pentingnya Surveilans Ketat dan Persiapan Infrastruktur

Di sisi lain, Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas YARSI sekaligus Ketua Majelis Kehormatan PDPI, menekankan perlunya pemantauan ketat terhadap perkembangan kasus di dalam negeri.

Ia mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan langkah-langkah serupa dengan yang diterapkan India.

"Tentu kita perlu surveilans ketat tentang perkembangan kasus di negara kita. Tentu kita serahkan pada Kementerian Kesehatan apakah akan (atau sudah) melakukan lima hal yang sudah dilakukan India atau barangkali ada pertimbangan lain," ujar Tjandra.

Lima strategi yang dijalankan India meliputi:

  1. Mock drills untuk memastikan kesiapan fasilitas kesehatan jika terjadi lonjakan kasus.
  2. Jaminan ketersediaan oksigen, tempat tidur isolasi, ventilator, dan obat-obatan esensial.
  3. Surveilans terintegrasi untuk memantau gejala mirip influenza (Influenza-Like Illness/ILI) dan gangguan pernapasan akut (Severe Acute Respiratory Illness/SARI).
  4. Testing wajib bagi semua pasien SARI dan 5 persen kasus ILI.
  5. Whole Genome Sequencing (WGS) untuk sampel positif dari kasus SARI guna memantau varian baru.

Baca Juga: Lonjakan Kasus COVID-19 di India 2025: Lebih dari 6.000 Terinfeksi, 65 Meninggal Dunia

Masyarakat Diminta Tetap Waspada Tanpa Panik

Kedua ahli sepakat bahwa meski Covid-19 tidak lagi menjadi ancaman besar, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama dalam melindungi kelompok berisiko tinggi.

Masyarakat diimbau untuk menjaga protokol kesehatan dasar, seperti mencuci tangan dan menggunakan masker saat sakit, serta memastikan vaksinasi booster bagi lansia dan komorbid.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) belum mengeluarkan kebijakan baru terkait lonjakan kasus ini. Namun, sistem surveilans dan fasilitas kesehatan terus dipantau untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Tags:
kasus covid-19Kemenkesvaksinasi boosterKasus infeksi Covid-19Covid-19

Aldi Harlanda Irawan

Reporter

Aldi Harlanda Irawan

Editor