Fenomena Brain Drain Meningkat hingga Kegagalan Bonus Demografi, Apakah Indonesia Akan Menjadi Bangsa Tua Sebelum Kaya?

Senin 09 Jun 2025, 08:25 WIB
Bonus Demografi Gagal Dimanfaatkan, Indonesia Bisa Menua Sebelum Sejahtera. (Sumber: Pinterest)

Bonus Demografi Gagal Dimanfaatkan, Indonesia Bisa Menua Sebelum Sejahtera. (Sumber: Pinterest)

Indonesia saat ini tengah berada dalam era bonus demografi, yakni kondisi di mana proporsi penduduk usia produktif lebih besar dibanding usia non-produktif. Namun, CORE memperingatkan bahwa Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang ini secara optimal.

Berdasarkan laporan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), tingkat pengangguran pemuda di Indonesia mencapai 13,1%—tertinggi di Asia Tenggara. Sementara data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran pemuda mencapai 16,16% dalam dua tahun terakhir, atau hampir empat kali lipat dari rata-rata nasional.

Paradoks demografi ini bisa berujung pada skenario "menjadi tua sebelum menjadi kaya", jika pemerintah gagal menyediakan pekerjaan layak bagi generasi muda saat ini.

Kritik terhadap Visi Indonesia Emas 2045

Pakar ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada, Tadjuddin Noer Effendi, menyampaikan keraguannya terhadap realisasi visi Indonesia Emas 2045 sebuah narasi besar yang menargetkan Indonesia sebagai negara maju pada satu abad kemerdekaannya.

Ia menilai bahwa ketidakpastian kerja, maraknya PHK, dan korupsi yang sistemik menjadi hambatan besar dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih jauh, Tadjuddin memperingatkan bahwa brain drain berpotensi membuat Indonesia kekurangan tenaga ahli pada sektor-sektor penting.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Aksi Nyata Kurban Seribu Ekor Sapi

Harapan: Diaspora sebagai Aset Strategis

Kendati demikian, Tadjuddin mengingatkan bahwa warga Indonesia yang bekerja di luar negeri bukan sepenuhnya "hilang". Jika dikelola dengan baik, diaspora Indonesia dapat menjadi aset besar dalam pembangunan nasional.

Namun, ini mensyaratkan kesiapan infrastruktur, iklim inovasi, serta insentif nyata dari pemerintah agar para profesional di luar negeri merasa terdorong untuk kembali dan berkontribusi.

Program re-integrasi talenta seperti returning expert scheme, kolaborasi riset internasional, dan fasilitasi pengembangan startup lokal dapat menjadi cara menarik kembali minat para diaspora.

Fenomena brain drain yang diperparah oleh viralnya #KaburAjaDulu bukan hanya kritik sosial, tapi juga panggilan darurat bagi pemerintah. Indonesia memerlukan langkah konkret dan berani untuk menciptakan ekosistem kerja yang layak, inovatif, dan inklusif.

Tanpa intervensi serius, Indonesia bukan hanya akan kehilangan generasi emas, tapi juga peluang besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global.


Berita Terkait


News Update