Fenomena Brain Drain Meningkat hingga Kegagalan Bonus Demografi, Apakah Indonesia Akan Menjadi Bangsa Tua Sebelum Kaya?

Senin 09 Jun 2025, 08:25 WIB
Bonus Demografi Gagal Dimanfaatkan, Indonesia Bisa Menua Sebelum Sejahtera. (Sumber: Pinterest)

Bonus Demografi Gagal Dimanfaatkan, Indonesia Bisa Menua Sebelum Sejahtera. (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada tantangan besar di sektor tenaga kerja, yaitu meningkatnya fenomena brain drain.

Istilah ini merujuk pada perginya sumber daya manusia unggul, terutama tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi, untuk bekerja atau menetap di luar negeri.

Fenomena ini bukan hanya berdampak pada individu yang memilih keluar dari sistem ketenagakerjaan dalam negeri, melainkan turut menggerus potensi ekonomi, daya saing global, serta memperbesar kesenjangan antara kemampuan SDM dan kebutuhan nasional.

Baca Juga: Kopi Pagi: Rela Berkorban, Kenapa Tidak

Tagar #KaburAjaDulu dan Ekspresi Pesimisme Generasi Muda

Munculnya tagar viral #KaburAjaDulu di berbagai platform media sosial seperti Twitter dan TikTok menandakan meningkatnya rasa frustrasi generasi muda terhadap kondisi pasar kerja di Indonesia.

Banyak pengguna menilai bahwa bekerja di luar negeri bukan sekadar pilihan, melainkan satu-satunya jalan untuk memperbaiki nasib.

Situasi ini mencerminkan keputusasaan yang timbul akibat rendahnya upah, terbatasnya lapangan kerja berkualitas, dan tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK). Ketika peluang di dalam negeri tidak mampu memberikan jaminan karier yang layak, migrasi menjadi opsi logis.

Lonjakan Partisipasi Program WHV ke Australia

Salah satu indikator konkret dari peningkatan brain drain adalah melonjaknya jumlah warga negara Indonesia yang mendaftar program Working Holiday Visa (WHV) ke Australia. Data dari Departemen Dalam Negeri Australia menunjukkan peningkatan signifikan: dari 2.984 visa yang dikeluarkan pada periode 2022–2023 menjadi 4.285 visa pada 2023–2024.

Para peserta program WHV ini didominasi oleh kaum muda berpendidikan tinggi yang merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan di dalam negeri. Salah satunya, Fikri Haikal, mengaku telah melamar berbagai posisi di Indonesia namun tidak memperoleh respons memadai.

Dampak Brain Drain bagi Struktur Ekonomi dan Investasi

Menurut Mohamad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, brain drain bukan sekadar masalah kehilangan tenaga kerja, melainkan juga persoalan struktural yang mengganggu ekosistem ekonomi nasional.

Tenaga kerja terampil yang seharusnya menjadi penggerak inovasi dan produktivitas justru pergi meninggalkan kekosongan pada sektor-sektor strategis seperti teknologi, kesehatan, dan pendidikan. Dalam jangka panjang, ini dapat memengaruhi kepercayaan investor dan kelangsungan reformasi struktural ekonomi.

Kegagalan Memanfaatkan Bonus Demografi


Berita Terkait


News Update