Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu Meningkat, Terjadi 134 Kali Gempa Low Frequency

Selasa 03 Jun 2025, 19:37 WIB
Kondisi kawah di Gunung Tangkuban Parahu pada Selasa, 3 Juni 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Gatot Poedji Utomo)

Kondisi kawah di Gunung Tangkuban Parahu pada Selasa, 3 Juni 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Gatot Poedji Utomo)

BANDUNG BARAT, POSKOTA.CO.ID - Badan Geologi mencatat 134 kali gempa low frequency yang dipicu aktivitas vulkanik di Gunung Tangkuban Parahu. Demikian diungkapkan Ketua Tim Mitigasi Gunung Api Badan Geologi, Heruningtyas.

Hal itu disampaikan Heruningtyas pada Selasa, 3 Juni 2025, usai meninjau lokasi di area kawah Gunung Tangkuban Parahu, yang secara administratif berada di dua wilayah, yakni Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang.

Kondisi terkini di kawah Gunung Tangkuban Parahu, kata Heruningtyas, terjadi peningkatan jumlah gempa vulkanik dan emisi gas dari kawah utama.

Gunung terlihat jelas hingga tertutup kabut dengan level 0-III. Asap kawah utama teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang.

Baca Juga: Aktivitas Vulkanik Gunung Tangkuban Parahu Meningkat, Masyarakat Diimbau Waspada

Kendati begitu, kata dia, tinggi asap belum dapat diamati. Cuaca di sekitar kawasan cenderung cerah hingga mendung, dengan arah angin lemah hingga sedang bertiup ke timur dan barat daya.

"Pengamatan kegempaan mencatat 13 kali gempa embusan dengan amplitudo 1,5–10 mm dan durasi 30–50 detik," kata Ningtiyas, sapaan Heruningtyas.

Selain itu, lanjut dia, tercatat 134 kali gempa low frequency dengan amplitudo 1,5–12 mm dan durasi 10–29 detik. Bahkan, terdapat pula tiga kali gempa vulkanik dangkal berdurasi 6–8 detik.

Dia menegaskan, kondisi tersebut menunjukkan dinamika yang meningkat di tubuh gunung. Ia mengimbau masyarakat untuk tidak turun ke dasar Kawah Ratu maupun Kawah Upas, serta tidak berlama-lama di kawasan kawah aktif.

"Apabila ada peningkatan intensitas asap atau tercium bau gas menyengat, diharapkan segera tinggalkan area kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun atau erupsi freatik," imbaunya.

Tak hanya itu, pihaknya pun mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap konsentrasi gas vulkanik yang dapat meningkat secara tiba-tiba dan berdampak pada kesehatan.


Berita Terkait


News Update