Fenomena Kemarau Basah Diprediksi Bertahan hingga Agustus 2025, Ini Penjelasan BMKG

Sabtu 24 Mei 2025, 11:10 WIB
Fenomena kemarau basah iringi iklim tidak lazim tahun 2025, begini penjelasan BMKG. (Sumber: Freepik)

Fenomena kemarau basah iringi iklim tidak lazim tahun 2025, begini penjelasan BMKG. (Sumber: Freepik)

POSKOTA.CO.ID - Musim kemarau di Indonesia identik dengan udara kering dan minim hujan. Namun, tahun 2025 menghadirkan anomali iklim yang tak lazim.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa sebagian besar wilayah di Tanah Air akan mengalami apa yang disebut sebagai 'kemarau basah'.

Kemarau basah adalah kondisi di mana meskipun secara kalender sudah memasuki musim kemarau, frekuensi dan intensitas curah hujan tetap tinggi.

Fenomena ini diprediksi akan berlangsung hingga Agustus 2025, menyimpang dari pola iklim kemarau yang biasanya lebih kering.

Baca Juga: Profil 6 Anggota dan Admin Grup Facebook Fantasi Sedarah yang Jadi Tersangka

Menurut BMKG, sejumlah faktor atmosfer dan dinamika laut global turut berperan dalam memicu anomali ini.

Salah satunya adalah adanya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia yang memicu terbentuknya awan hujan.

Selain itu, keberadaan gelombang tropis seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator semakin memperkuat pembentukan awan konvektif.

Gabungan dinamika ini mengakibatkan suplai uap air ke atmosfer Indonesia tetap tinggi meskipun musim kemarau telah tiba.

Baca Juga: WOW! Gaji Pengurus Koperasi Merah Putih Tembus Rp8 Juta per Bulan?

Akibatnya, hujan turun di berbagai wilayah yang seharusnya sudah kering, terutama di kawasan barat dan tengah Indonesia.

Kondisi kemarau basah membawa implikasi nyata di berbagai sektor. Di sektor pertanian, curah hujan yang tinggi berpotensi mengganggu masa tanam dan panen.

Kelembapan tanah yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan hama serta penyakit.

Oleh karena itu, para petani diimbau untuk menyesuaikan pola tanam sesuai dengan prakiraan cuaca terkini.

Baca Juga: Kapan Idul Adha 2025? Ini Jadwal Sidang Isbat dan Prediksi Libur Nasional

Lebih jauh, potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor juga meningkat.

BMKG memperingatkan bahwa daerah-daerah dengan topografi rawan, seperti lereng pegunungan dan dataran rendah, perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko tersebut.

BMKG menyarankan masyarakat untuk rutin memantau perkembangan cuaca melalui kanal resmi agar dapat mengantisipasi perubahan cuaca ekstrem.

Setelah periode kemarau basah ini, Indonesia diperkirakan akan memasuki masa pancaroba antara September hingga November 2025.

Musim hujan reguler diproyeksikan baru akan datang mulai Desember 2025 hingga awal 2026.

Fenomena ini menjadi pengingat penting bahwa perubahan iklim global semakin nyata dan berdampak langsung terhadap keseharian masyarakat.

Adaptasi dan mitigasi berbasis data iklim menjadi kunci penting dalam menghadapi dinamika cuaca yang kian kompleks.


Berita Terkait


News Update