POSKOTA.CO.ID - Musim kemarau di Indonesia identik dengan udara kering dan minim hujan. Namun, tahun 2025 menghadirkan anomali iklim yang tak lazim.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa sebagian besar wilayah di Tanah Air akan mengalami apa yang disebut sebagai 'kemarau basah'.
Kemarau basah adalah kondisi di mana meskipun secara kalender sudah memasuki musim kemarau, frekuensi dan intensitas curah hujan tetap tinggi.
Fenomena ini diprediksi akan berlangsung hingga Agustus 2025, menyimpang dari pola iklim kemarau yang biasanya lebih kering.
Baca Juga: Profil 6 Anggota dan Admin Grup Facebook Fantasi Sedarah yang Jadi Tersangka
Menurut BMKG, sejumlah faktor atmosfer dan dinamika laut global turut berperan dalam memicu anomali ini.
Salah satunya adalah adanya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia yang memicu terbentuknya awan hujan.
Selain itu, keberadaan gelombang tropis seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator semakin memperkuat pembentukan awan konvektif.
Gabungan dinamika ini mengakibatkan suplai uap air ke atmosfer Indonesia tetap tinggi meskipun musim kemarau telah tiba.
Baca Juga: WOW! Gaji Pengurus Koperasi Merah Putih Tembus Rp8 Juta per Bulan?
Akibatnya, hujan turun di berbagai wilayah yang seharusnya sudah kering, terutama di kawasan barat dan tengah Indonesia.