PSSI Disanksi FIFA, Kapasitas GBK Dikurangi Saat Indonesia Hadapi China

Minggu 11 Mei 2025, 10:32 WIB
Hadapi Bahrain Thom Haye mencanangkan kemenangan di dalam pikirannya. (Sumber: Pssi.org)

Hadapi Bahrain Thom Haye mencanangkan kemenangan di dalam pikirannya. (Sumber: Pssi.org)

POSKOTA.CO.ID – FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI menyusul tindakan diskriminatif suporter dalam laga melawan Bahrain. Pertandingan itu berlangsung pada 25 Maret 2025 dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Insiden terjadi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), tepatnya di sektor 19. Pada menit ke-80, ratusan suporter Indonesia meneriakkan slogan bernuansa xenophobia atau ujaran kebencian kepada negara atau budaya lain.

"Peristiwa terjadi di Sektor 19 disebabkan oleh suporter Indonesia. Pada menit ke-80, sekitar 200 hampir 300 suporter tuan rumah meneriakan slogan xenophobia, Bahrain, bla bla bla," ungkap Arya Sinulingga.

Akibat peristiwa itu, PSSI mendapat dua hukuman dari FIFA. Pertama, denda sebesar lebih dari 400 juta rupiah.

Baca Juga: Ricky Nelson: Atmosfer JIS Bantu Persija Tumbangkan Bali United

"Akibatnya, yang pertama, PSSI didenda hampir setengah miliar, yaitu sekitar hampir 400 juta lebih," kata Arya menegaskan. Hukuman kedua menyangkut pembatasan jumlah penonton.

FIFA mewajibkan pengurangan kapasitas penonton sebanyak 15 persen dalam laga Timnas Indonesia melawan China. Pertandingan tersebut akan digelar di GBK pada 5 Juni 2025.

Dengan kapasitas maksimal GBK sebesar 78.000 kursi, PSSI hanya bisa membuka 66.300 kursi. Area yang akan ditutup adalah tribun utara dan selatan.

"Kemudian yang kedua, PSSI diperintahkan FIFA untuk memainkan pertandingan berikutnya dengan jumlah penonton terbatas, dengan menutup sekitar 15 persen dari kursi yang tersedia," jelas Arya. Ia menambahkan rencana tempat duduk harus diserahkan ke FIFA sepuluh hari sebelum laga.

Baca Juga: Teco Kritik Keras VAR dan Kinerja Wasit Usai Kekalahan Bali United dari Persija

Namun, FIFA memberikan alternatif pengisian kursi dengan komunitas anti-diskriminasi. Kelompok seperti pelajar, perempuan, dan keluarga bisa mengisi slot tersebut.

Berita Terkait

News Update