Penjelasan mengenai apa itu Gowok, mengenal tradisi Jawa kuno yang diangkat Hanung Bramantyo dalam film Gowok Kamasutra Jawa. (Sumber: YouTube/Cinepolis Indonesia)

HIBURAN

Film Gowok Kamasutra Jawa: Fakta Tradisi Seksualitas Jawa yang Terlupakan, Ini Sejarahnya dalam Budaya Tradisional

Rabu 07 Mei 2025, 14:00 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dunia perfilman Indonesia kembali diguncang kontroversi menyambut rilis film Gowok Kamasutra Jawa karya Hanung Bramantyo.

Film yang dijadwalkan tayang 5 Juni 2025 ini memicu perdebatan sengit di media sosial, dengan warganet berbondong-bondong mencari tahu makna di balik kata "gowok" yang menjadi judul film.

Tak sedikit yang penasaran dengan pertanyaan mendasar, Apa sebenarnya gowok itu? Tradisi kuno Jawa ini ternyata menyimpan sejarah panjang sebagai bentuk pendidikan seksual sebelum pernikahan.

Sekaligus menyisakan kontroversi yang masih relevan hingga kini. Film ini diyakini akan mengangkat sisi gelap sekaligus romantisme dari praktik budaya yang nyaris punah tersebut.

Baca Juga: Viral Film 'Gowok Kamasutra Jawa' Karya Hanung Bramantyo, Eksplorasi Tradisi dan Seksualitas dalam Budaya Jawa

Gowok: Tradisi Pendidikan Seksual yang Hampir Punah

Gowok adalah, dalam budaya Jawa tradisional, "gowok" merujuk pada seorang perempuan yang bertugas melatih calon pengantin pria dalam hal kehidupan rumah tangga, termasuk hubungan intim.

Tradisi ini populer di wilayah Banyumas pada awal abad ke-20, meski asal-usulnya diperkirakan sudah ada sejak masa kerajaan Jawa.

Dyah Siti Septiningsih, peneliti budaya Jawa, dalam jurnal Psycho Idea (2010), menjelaskan bahwa "gowok adalah seorang perempuan, biasanya mantan ronggeng berusia 23-30 tahun, yang bertugas memberikan pemahaman seksual kepada lelaki yang akan menikah."

Proses pergowokan dimulai setelah lamaran diterima. Keluarga calon mempelai pria memilih seorang gowok untuk mengajari anak mereka tentang:

Selama masa pelatihan, calon pengantin pria tinggal bersama gowok selama beberapa hari, layaknya suami-istri. Tradisi ini dianggap sebagai "sekolah pernikahan" sebelum seorang lelaki benar-benar membina rumah tangga.

Baca Juga: Sinopsis dan Jadwal Tayang Film Gowok Kamasutra Jawa: Kisah Cinta Terlarang di Balik Ritual Pra-Nikah Jawa 1950-an

Kontroversi dan Hilangnya Tradisi Gowok

Meski memiliki nilai edukasi dalam konteks budaya Jawa, tradisi ini menuai kritik sejak masa kolonial Belanda. "Orang Belanda menganggap gowok sebagai praktik hina, hanya dipertahankan oleh kaum priyayi," ujar Ahmad Rushanfichry, pemerhati sejarah Jawa.

Seiring menguatnya pengaruh Islam dan modernisasi, tradisi ini perlahan menghilang pasca-tahun 1960-an. Beberapa cerita roman bahkan menceritakan kisah memalukan di mana calon pengantin pria justru jatuh cinta pada gowok-nya, menimbulkan aib keluarga.

Film "Gowok Kamasutra Jawa": Kisah Cinta Terlarang di Balik Tradisi

Film ini tidak hanya mengangkat sejarah tradisi gowok, tetapi juga menyuguhkan drama cinta terlarang antara seorang gowok (diperankan oleh Raihaanun) dan calon pengantin pria (Reza Rahadian).

"Ini bukan sekadar film tentang seksualitas Jawa, tapi juga pertarungan antara hasrat dan kehormatan," jelas Hanung Bramantyo dalam wawancara eksklusif dengan Kompas.com.

Selain Reza Rahadian dan Raihaanun, film ini juga dibintangi oleh deretan aktor ternama seperti Lola Amaria, Devano Danendra, dan Donny Damara. Diproduseri oleh Raam Punjabi (MVP Pictures), Gowok Kamasutra Jawa sebelumnya telah dipamerkan di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025, bersaing dengan 12 film internasional lainnya.

Baca Juga: Sinopsis Film Gowok Kamasutra Jawa dari Hanung Bramantyo yang Disebut-sebut Mirip Film Jan Dara Thailand

Reaksi Netizen: Antara Penasaran dan Kekhawatiran

Sejak trailer-nya dirilis, tagar GowokAdalah ramai diperbincangkan di media sosial X (yang dulunya Twitter). Beberapa netizen mengaku penasaran dengan tradisi yang jarang diungkap ini, sementara yang lain khawatir film ini akan "meromantisasi praktik prostitusi terselubung."

"Ini bagian dari sejarah Jawa yang jarang dibahas. Tapi, apakah Hanung bisa menghadirkannya tanpa sensasi berlebihan?" tanya @SejarahJawa_.

Sementara itu, @BudayawanNusantara menulis: "Gowok adalah warisan budaya kompleks. Semoga film ini tidak sekadar eksploitasi, tapi memberi perspektif mendalam."

Tayang 5 Juni 2025

Dengan segala kontroversi dan rasa penasaran yang mengelilinginya, Gowok Kamasutra Jawa diprediksi akan menjadi salah satu film Indonesia paling banyak dibicarakan tahun ini.

Apakah Hanung Bramantyo berhasil menghidupkan kembali tradisi yang nyaris punah ini dengan bijak? Atau justru memantik polemik baru? Nantikan jawabannya di bioskop mulai 5 Juni 2025 mendatang.

Tags:
Jawa tradisionalJawaTradisi kuno JawaHanung BramantyoGowokfilm Gowok Kamasutra Jawa

Aldi Harlanda Irawan

Reporter

Aldi Harlanda Irawan

Editor