POSKOTA.CO.ID - Acara graduasi yang digelar pada 2 Mei 2025 di Universitas Brawijaya bukan sekadar seremoni simbolis, melainkan pengakuan atas perjuangan dan kerja keras 500 KPM PKH dalam meningkatkan taraf hidup mereka.
Para KPM yang hadir berasal dari berbagai latar belakang profesi, seperti pedagang kelontong, tukang kayu, penjual sayur, hingga pengusaha kue.
Mereka mengenakan toga, serupa dengan wisudawan universitas, sebagai tanda bahwa mereka telah "lulus dari sekolah kehidupan" dan mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa ketergantungan pada bansos.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, menegaskan bahwa graduasi ini mencerminkan keberhasilan KPM dalam mengubah nasib mereka melalui ketekunan dan pemberdayaan.
Pemberdayaan sebagai Kunci Keluar dari Garis Kemiskinan
Keberhasilan 500 KPM PKH dalam acara graduasi ini tidak lepas dari peran pemberdayaan yang menjadi inti dari Program Keluarga Harapan.
Selain menerima bantuan tunai untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, KPM juga mendapatkan pendampingan intensif dari tenaga pendamping PKH.
Pendamping ini berperan dalam memberikan pelatihan keterampilan, motivasi, serta akses ke program pemberdayaan ekonomi, seperti kelompok usaha bersama (KUBE) atau bantuan modal usaha.
Sebagai contoh, seorang KPM dari Probolinggo, Siti Halimatusa’diyah, mampu mengembangkan usaha kue basah dan kering hingga menghasilkan pendapatan Rp2,5 juta per bulan setelah dua tahun menerima PKH.

Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa dengan pendampingan yang tepat, penerima bansos dapat mengubah bantuan sementara menjadi modal untuk kemandirian jangka panjang.
Pemerintah juga memastikan bahwa KPM yang telah digraduasi tidak ditinggalkan begitu saja. Mereka tetap memiliki akses ke program pemberdayaan dari kementerian lain, seperti Kementerian Koperasi dan UKM, serta pemerintah daerah.
Beberapa KPM bahkan mendapatkan peluang untuk mengembangkan usaha mereka melalui kredit usaha rakyat (KUR) atau program kewirausahaan sosial.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa bansos bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan menuju kehidupan yang lebih sejahtera.
Bansos Bukan Solusi Permanen
Acara graduasi di Universitas Brawijaya menjadi bukti kuat bahwa bantuan sosial tidak dirancang untuk diberikan selamanya.
PKH, yang telah berjalan sejak 2007, bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan antargenerasi dengan memberikan bantuan bersyarat, seperti mengharuskan anak-anak KPM bersekolah dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Namun, tujuan utamanya adalah mendorong KPM untuk mandiri secara ekonomi. Graduasi terjadi ketika KPM dinilai telah mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa bergantung pada bansos, baik karena peningkatan pendapatan, perubahan status keluarga, atau keberhasilan usaha.
Pernyataan Gus Ipul bahwa “bansos itu sementara, berdaya selamanya” mencerminkan visi pemerintah untuk mengubah persepsi masyarakat tentang bantuan sosial.
Banyak KPM yang awalnya merasa bergantung pada bansos kini menyadari bahwa mereka memiliki potensi untuk maju.
Dalam acara tersebut, para KPM secara serentak mengucapkan, “Kami sanggup lewati masa sulit, kami berdaya, kami bukan beban, kami kekuatan bangsa,” menunjukkan semangat baru yang lahir dari proses pemberdayaan.
Data dari Kementerian Sosial juga menunjukkan bahwa sejak 2020, lebih dari satu juta KPM PKH telah digraduasi, dengan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi dengan jumlah graduasi terbanyak.