Google Doodles Peringati Ulang Tahun Prof.Dr.Sulianti Saroso, Sosok Dokter Tak Pernah Nyuntik Orang

Rabu 10 Mei 2023, 09:38 WIB
Kolase Google Doodles - Prof.Dr.Sulianti Saroso. (Ist)

Kolase Google Doodles - Prof.Dr.Sulianti Saroso. (Ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ada yang menarik pada Google Doodles hari ini, dimana pada logonya menampilkan perayaan ulang tahun Ke-106 Prof.Dr.Sulianti Saroso.

Sebagaimana diketahui, Prof.Dr.Sulianti Saroso merupakan dokter asal Indonesia. Sosoknya banyak dikenal orang pada masanya karena selama hidup Ia mendedikasikan diri untuk membantu masyarakat renta.

Karena perhatiannya terhadap penyakit menular dan ibu hamil, maka apresiasi pun diberikan pemerintah terhadap Prof.Dr.Sulianti Saroso dengan menyematkan namanya sebagai nama resmi rumah sakit. Hal itu juga untuk mengenang jasa dan ide-ide Prof.Dr.Sulianti Saroso di bidang kesehatan.

Sosoknya yang unik pun sempat disinggung putrinya, dimana Prof.Dr Sulianti Saroso hampir tak pernah menyuntik orang atau menulis resep.

Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Prof.Dr.Sulianti Saroso lahir pada 10 Mei 1917 di Karang Asem, Bali. Ia merupakan anak kedua dari keluarga Dokter Sulaiman.

Dalam pendidikan, Ia menempuh pendidikan dasar berbahasa Belanda ELS  (Europeesche Lagere School), lalu pendidikan menengah elite di Gymnasium Bandung, yang sebagian besar siswanya kulit putih, dan melanjutkan pendidikan tinggi di Geneeskundige Hoge School (GHS).

Pada masa pendudukan Jepang, Sulianti bekerja sebagai dokter di RS Umum Pusat di Jakarta, yang kini dikenal sebagai RS Cipto Mangunkusumo. Pada awal kemerdekaan, ia ikut bertahan di rumah sakit besar itu.

Pada 1947, Sulianti ikut delegasi KOWANI ke New Delhi, menghadiri Konferensi Perempuan se-Asia. Di situ, Sulianti dan teman-teman menggalang pengakuan resmi bagi kemerdekaan Indonesia.   

Pascarevolusi kemerdekaan, dokter Sulianti  kembali bekerja di Kementerian Kesehatan. Ia meraih beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa, terutama Inggris. 

Pascarevolusi kemerdekaan, dokter Sulianti  kembali bekerja di Kementerian Kesehatan. Ia meraih beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa, terutama Inggris. 

Tanpa harus menunggu restu kanan-kiri, Sulianti segera melakukan penggalangan dukungan publik untuk program kesehatan ibu dan anak, khususnya pengendalian angka kelahiran lewat pendidikan seks dan gerakan keluarga berencana (KB).

News Update