Arif mengatakan bahwa Abu Janda dan Denny Siregar adalah pernah menjadi tim sukses dalam Pilpres, meski tidak didaftarkan ke KPU.
"Semua orang tahulah kalau kedunya bagian dari tim pemenangan. Tapi buka tim resmi. Pertanyannya, apakah setelah usai Pemilu peran itu masih mereka mainkan?" ucapnya.
Baca juga: KSP Bahas Ajuan Anggaran, DPR Sebut Influencer dan Buzzer Kesannya Kurang Baik
Arif menyebut, kalau Abu Janda pernah bilang kontraknya sudah selesai. Pertanyannya apakah mereka masih memainkan peran sebagaimana yang mereka mainkan pada masa Pemilu.
"Berkontribusi (mereka, red) terhadap polarisasi dikalangan masyarakat. Jadi mestinya, Abu Janda, Denny atau yang lainnya dari kubuh yang bersebarangan itu mestinya berkaca, mereka mendapatkan keuntungan ekonomi dari situasi polarisasi sekarang. Masyarakat terbelah apa untungannya secara ekonomi, kalau harga yang harus kita bayar itu adanya perpecahan di kalangan masyarakat," tegas Arif.
Jika memang demikian, lanjut Arif, maka siakap itu bodoh sekaligus picik. Sebab, sekarang ini, sebaiknya,kalau ada polarisasi itu adalah kebijakan buka personnya.
"Ini bukan persoalan saya mencintai atau membenci Jokowi," tegasnya.
"Itulah gunananya politik berporos kebijakan. Bukan figurnya. Pemilih Jokowi pun berkewajiban, seandainya Jokowi memang baik pada masa Pemilu, Maka bagimana menjaga Jokowi tetap baik dalam lima tahun ke depan," kata Arif.
Arif tak yakin ada disinyalir kalau Abu Janda kebal hukum karena dekat Istana.
"Saya kita nggak ya. Karena proses (hukum, red)nya kan belum selesai. Berbedah misalanya, jika bukti-bukti dia dinyatakan bersalah, tapi kemudian dia lolos dari pidanaan. Itu bisa kita menyebutkanya kebal hukum," katanya. (rizal/tha)