Ia menilai fasilitas yang tersedia di Ancol lengkap dan memadai.
“Bagus sih, lengkap. Musala ada, toilet ada, tempat bilas juga sudah disiapkan,” katanya.
Dari sisi keamanan, Azizah menyebut pengelola Ancol memberikan rasa aman bagi pengunjung.
“Keamanan juga bagus. Kalau liburan, memang sering ke sini,” ujarnya.
Baca Juga: 5 Wisata Bogor Ramah di Kantong, Solusi Liburan Nataru 2025 Seru Tanpa Bikin Dompet Menjerit
Meski kawasan Ancol ramai, pedagang kecil belum tentu merasakan peningkatan signifikan. Hal itu dirasakan Titin, pedagang kaki lima yang sudah puluhan tahun berjualan di kawasan tersebut.
Titin, lahir 1930, sudah berada di Ancol sejak 1970, bahkan sebelum kawasan ini dikenal seperti sekarang. Ia sempat menjadi karyawan Ancol pada masa bernama Binaria.
“Dari tahun ’70, Nak. Dulu namanya Binaria. Saya dulu karyawan sini, di panggung,” kenangnya.
Kini, di usia senja, Ibu Titin berjualan gorengan, sate, dan lontong dengan modal terbatas. Kondisi fisik yang menurun akibat operasi kaki membuatnya tak mampu membawa dagangan banyak.
“Sekarang jualan seadanya. Modal juga kurang. Namanya orang jualan, nggak tentu dapetnya,” katanya.
Ia mengakui libur sekolah membuat Ancol lebih ramai, terutama akhir pekan. Namun peningkatan pengunjung belum tentu berdampak signifikan pada pendapatannya.
“Rame itu Sabtu, Minggu. Kalau liburan sekolah ya rame, tapi ya alhamdulillah segini aja,” ujarnya.
