LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Sebanyak 4 rumah warga di Kampung Gunungtanjung Barat, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten rusak akibat bencana pergerakan tanah.
Salah seorang korban bencana pergerakan tanah, Siti 38 tahun mengungkapkan bangunan rumah miliknya rusak parah akibat pergerakan tanah.
Selain rumah milik Siti, ada beberapa rumah warga yang lain yang rusak terdampak akibat pergerakan tanah itu.
"Bagian dapur rumah kami rusak parah, tembok rumah terbelah akibat pegerakan tanah," ungkapnya, Minggu 21 Desember 2025.
Baca Juga: Relokasi Warga Rawan Bencana Dinilai Strategis, DPR Dorong Sinergi Pemda dan Pusat
Kata Siti, pergerakan tanah terjadi secara perlahan saat curah hujan tinggi mengguyur wilayahnya. Ia mengaku, kerusakan parah terlihat pada bagian dapur rumah, karena tembok dapur tampak terbelah menganga dan patah.
"Sementara kondisi tanah yang amblas semakin parah. Selain itu, pada bagian kamar mandi juga mengalami retakan yang kondisinya saat ini kian mengkhawatirkan," katanya.
"Tak hanya rumah kami, bahkan salah satu dapur rumah warga lainnya sudah runtuh," sambung Siti.
Menurutnya, pergerakan tanah mulai dirasakan sejak hujan deras mengguyur wilayah tempat tinggalnya. Tanah di sekitar rumah perlahan terus turun dari hari ke hari.
Baca Juga: Empati terhadap Bencana di Sumatra, Pemprov DKI Jakarta Gelar Atraksi Drone saat Malam Tahun Baru
"Kalau habis hujan, tanah itu makin turun. Tembok juga jatuh sedikit-sedikit," katanya.
Siti mengaku, saat ini ia dan keluarganya dihantui rasa takut akan rumah ambruk. Namun, ia terpaksa masih bertahan di rumahnya lantaran tidak ada tempat lain untuk mengungsi.
"Takut ambruk, tapi mau bagaimana lagi. Tidak ada tempat buat pindah, cuma di sini saja," tuturnya.
Ia juga menyebut, kalau malam hari kerap terdengar suara retakan dari dalam tanah maupun bangunan rumah.
Baca Juga: Klarifikasi Kepala BGN Usai Viral Video Dirinya Main Golf: Galang Dana Bencana
Suara tersebut menjadi pertanda yang membuat keluarganya semakin khawatir akan keselamatan mereka.
"Kadang suka ada suara 'bletuk', dari atas atau dari bawah. Terus tembok jatuh sedikit-sedikit. Ya jelas takut," bebernya.
Siti berharap pemerintah segera turun tangan untuk melakukan penanganan atas kondisi ini. Supaya ia dan warga korban pergerakan tanah lainnya tidak terus hidup dalam rasa waswas.
"Semoga ada perbaikan. Mudah-mudahan juga ada bantuan juga dari pemerintah," harapnya.
Baca Juga: Viral Video Kepala BGN Dadan Hindayana Bermain Golf di Tengah Bencana Sumatera, Ini Klarifikasinya
Sementara, Kepala Desa Sumurbandung, Budi Setiawan menjelaskan, bahwa lokasi terdampak memang berada sangat dekat dengan Sungai Cikupa, dengan jarak sekitar 30 meter dari permukiman.
Ia menilai, pergerakan tanah di wilayah tersebut kerap terjadi setiap musim hujan, namun kali ini kondisinya jauh lebih parah.
"Kalau kami amati, setiap musim hujan deras, setelah air surut selalu ada pergerakan tanah. Tapi sekarang makin hari makin parah," kata Kades.
Kades menyebut, dari total bangunan yang terdampak, empat di antaranya merupakan rumah tinggal dan satu sarana ibadah. Beberapa bangunan lain di sekitar lokasi juga mulai menunjukkan retakan, meski belum separah yang berada di titik utama pergerakan tanah.
Baca Juga: Klarifikasi CNN Indonesia Atas Penarikan Konten Tangis Reporter Saat Liputan Bencana Aceh
"Bangunan lain yang berada di bagian depan itu baru mengalami retak-retak. Karena itu, perlu ada upaya antisipasi," ucapnya.
"Dengan keterbatasan yang dimiliki pemerintah desa, kami berharap pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, hingga pemerintah pusat dapat membantu melakukan penanganan," harap Kades.
Menurut Budi, kondisi ini perlu segera mendapat penanganan serius untuk mencegah risiko yang lebih besar, seperti yang pernah terjadi di desa tetangga, Kampung Cihuni, yang akhirnya harus direlokasi karena pergerakan tanah tidak lagi dapat ditangani.
"Wilayah ini memang rawan karena berada di sepadan sungai. Harapan kami ada upaya penanggulan untuk mengurangi abrasi," tandasnya.