POSKOTA.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa gempa bermagnitudo 4,7 yang terjadi pada Rabu, 20 Agustus 2025, terjadi pada pukul 20.37 WIB dengan pusat gempa di darat pada jarak 19 kilometer tenggara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada kedalaman 10 kilometer. Gempa dangkal seperti ini biasanya menghasilkan guncangan yang cukup terasa.
Mengutip siaran resmi @infobmkg pada 20 Agustus 2025, terjadi enam gempa susulan pada saat itu dengan magnitudo berkisar M1,9–M3,9. Fenomena ini menunjukkan adanya aktivitas struktur geologi yang masih bergerak aktif.
Oleh karena itu, Masyarakat dan pemerintah perlu waspada karena ancaman gempa di wilayah Jabodetabek bisa terjadi kapan saja.
Baca Juga: Spesifikasi iQOO 15, Smartphone Pertama di Indonesia yang Pakai Snapdragon 8 Elite Gen 5
Jabodetabek menjadi Wilayah Padat Penduduk yang Dikepung Sesar Aktif
Analisis peta tematik Patahan Aktif Indonesia menunjukkan bahwa Jabodetabek berada di atas beberapa jalur sesar aktif yang berpotensi memicu gempa. Penelitian tektonik membuktikan bahwa setidaknya terdapat lebih dari 5 sesar yang melintas di wilayah ini.
Berikut daftar struktur patahan aktif yang perlu diketahui masyarakat:
1. Sesar Cimandiri
Sesar Cimandiri memiliki panjang sekitar 100 km mulai dari Pelabuhan Ratu hingga Padalarang. Struktur ini merupakan salah satu sesar tua yang aktif sejak era kuarter.
Gempa Cianjur 21 November 2022 dengan magnitudo 5,6 yang menimbulkan lebih dari 600 korban jiwa dikaitkan dengan aktivitas sesar ini. Kerusakan ribuan bangunan memperkuat urgensi mitigasi risiko di jalur sesar. (Sumber: BMKG & BNPB, 2022)
2. Sesar Baribis
Sesar Baribis dipandang sebagai salah satu ancaman terbesar, karena jalurnya melewati kawasan padat industri dan pemerintahan mulai dari Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi hingga Jakarta Timur.
Sejarah mencatat sesar ini memicu gempa merusak di Jakarta pada 1780, salah satu gempa besar yang terdokumentasi sebelum era instrumental.
BMKG bahkan memasukkan sesar Baribis sebagai prioritas mitigasi karena lokasinya yang berada dekat megapolitan.
3. Sesar Lembang
Memanjang sekitar 30 km, sesar ini berada di wilayah utara Bandung. Jenis sesarnya merupakan reverse fault dengan sedikit komponen vertikal.
Gempa terakhir akibat aktivitas sesar ini terjadi pada 13 Desember 2021 berkekuatan M2,5, meskipun skala kecil, aktivitasnya menunjukkan sifat tektonik yang masih hidup.
4. Sesar Citarik
Sesar ini melintasi Pelabuhan Ratu–Gunung Salak–Bogor–Jonggol–Bekasi. Jenis sesar ini adalah strike-slip fault yang memiliki potensi memicu gempa dangkal dengan intensitas tinggi.
Letaknya yang dekat dengan Depok, Bogor, dan Bekasi menjadikan kawasan ini rentan terhadap gempa darat yang tidak dipicu oleh zona megathrust.
5. Sesar Cipamingkis
Sesar Cipamingkis berlokasi di Sukabumi bagian timur hingga Cianjur. Pemetaan terbaru menunjukkan bahwa sesar ini mungkin terhubung dengan Sesar Baribis, sehingga pergerakan salah satu jalur dapat memicu respon jalur lain.
Penelitian geologi menyimpulkan bahwa sesar ini masih aktif dan dapat memicu gempa dangkal. (Sumber: BMKG & PSGN)
Alasan Mengapa Gempa Jabodetabek Perlu Diwaspadai?
Beberapa faktor yang menambah risiko:
- Kepadatan penduduk tinggi
- Infrastruktur modern yang belum semua tahan gempa
- Tanah sedimen yang memperkuat amplifikasi getaran
- Proyeksi pertumbuhan ekonomi berbasis industri
Melansir dari LIPI & Pusat Vulkanologi, 2023. Wilayah bekas rawa Jakarta dan delta sungai Citarum memiliki potensi amplifikasi 2–6 kali lebih besar dibanding wilayah berbatuan keras.
3 Mitigasi Menghadapi Gempa Bumi
BMKG menekankan pentingnya tiga strategi mitigasi:
- Strategi Contoh Implementasi
- Teknis Standar: buat bangunan tahan gempa
- Non-teknis: Simulasi evakuasi publik
- Sistem peringatan dini: Aplikasi Quake Alert & sirene komunitas
Gempa Bekasi magnitudo 4,7 menjadi pengingat bahwa Jabodetabek berada di kawasan rawan gempa akibat keberadaan sejumlah sesar aktif seperti Cimandiri, Baribis, Citarik, Cipamingkis, dan Lembang. Dengan edukasi publik dan mitigasi struktural yang tepat, risiko korban jiwa dan kerusakan dapat diminimalisir.