SETU, POSKOTA.CO.ID – Sore itu berubah menjadi kepanikan besar bagi warga Kampung Serang, Desa Taman Sari, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi. Hujan deras disertai angin puting beliung menerjang permukiman hingga puluhan rumah warga mengalami kerusakan, mulai dari kategori ringan hingga rusak berat.
Salah satu warga yang mengalami dampak terparah adalah Nurzibah 54 tahun. Hingga kini, ia masih sulit melupakan detik-detik ketika rumah yang dihuni bersama keluarga selama tiga tahun hancur diterjang angin pada Selasa 2 Desember 2025 sekitar pukul 13.30 WIB.
Saat kejadian, Nurzibah berada di dalam rumah bersama cucunya yang baru berusia satu tahun. Secara tiba-tiba, angin kencang menyapu atap rumahnya, membuat asbes beterbangan dan hujan deras masuk ke dalam ruangan.
“Anginnya gede banget pas saya keluar rumah. Saya langsung peluk cucu saya dan lari ke rumah tetangga. Enggak lama itu sebelah rumah saya batakonya udah jebol. Saya langsung istighfar,” tuturnya dengan suara bergetar, Rabu, 3 Desember 2025.
Baca Juga: Cerita Pemilik Rumah di Jagakarsa Jaksel yang Atapnya Terbang Usai Diterpa Angin Kencang
Dengan tangan gemetar, Nurzibah menceritakan dirinya hanya bisa berzikir sambil memeluk cucunya erat-erat, sementara anak dan menantunya terjebak di luar.
“Sambil baca-baca takbir, Allahu Akbar. Enggak lama saya ke rumah Umi buat berteduh. Rumah saya sudah kacau, atapnya enggak ada dan dindingnya juga jebol,” kata dia.
Tak hanya rumah yang hancur, angin puting beliung juga menumbangkan pohon besar di sekitar rumahnya.
“Tiba-tiba pohonnya runtuh kena plafon. Saya lagi tidur-tiduran. Kalau telat sedikit sudah kena. Cucu saya syok sampai sekarang,” ujar Nurzibah.
Ia mengaku peristiwa angin puting beliung sudah beberapa kali terjadi di wilayah tersebut, namun kejadian kali ini adalah yang paling parah.
“Sering kejadian angin puting beliung. Ini paling parah. Jujur saya trauma berat. Sekarang bingung harus memulai hidup lagi.”
Rumah yang ia tempati kini benar-benar rata rusak. Atap hilang, dinding jebol, dan barang-barang rumah tangga rusak dihantam angin serta hujan.
“Enggak ada yang bisa diselamatkan. Elektronik pada rusak. Kulkas pas dicolokin langsung keluar asapnya.”
Nurzibah menceritakan Kasur, pakaian, hingga perabotan miliknya basah semua. Televisi dan barang elektronik lain juga rusak total.
Menurut Nurzibah, perangkat desa bergerak cepat memberikan penanganan awal sesaat setelah kejadian. Mereka meninjau lokasi, memberikan makanan, dan bantuan asbes untuk kebutuhan darurat.
“Dari kemarin sore sudah datang perangkat desa. Sampai tadi pagi juga ngasih makanan. Terus juga ada bantuan berupa asbes,” ucapnya.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca di Jakarta Senin 24 November 2025, Tak Hujan tapi Angin Kencang
Meski begitu, ia menegaskan bahwa kerusakan rumah memerlukan bantuan yang jauh lebih besar.
“Mudah-mudahan pemerintah bisa memikirkan nasib kami ke depan. Supaya kami enggak perlu ngungsi lagi. Kami takut bencana serupa terulang kembali.” jelasnya.
Kini, Nurzibah dan keluarganya mengungsi di rumah saudara yang masih berada di kampung yang sama. Ada empat orang dalam keluarganya, termasuk cucu kecil yang kini mudah ketakutan.
“Sangat trauma. Karena ada cucu juga. Tadi saja pas sudah mau gelap saya bilang, ya Allah jangan ada lagi begini.” ungkap fia.
Meski kehilangan seluruh harta benda, Nurzibah tetap bersyukur keluarganya selamat.
“Saya udah enggak bisa ngomong apa-apa. Yang penting intinya kami selamat saja. Baru ngalamin kejadian segede ini nimpa kampung ini, baru kali ini.” ujar dia
Ia masih mengingat jelas suara angin yang menderu keras, berputar, lalu menghantam rumahnya dua kali.
“Anginnya enggak lama, cuma berapa detik doang. Itu dua kali kejadian. Pas saya sudah di depan pintu keluar, angin ada lagi langsung nimpa tower,” ungkapnya. (cr-3)