Gus Elham Yahya saat menyampaikan permintaan maaf kedua melalui video pada 12 November 2025. (Sumber: Instagram/@mtibadallah)

HIBURAN

Gus Elham Yahya Kembali Minta Maaf, Tampil dengan Wajah Pucat dan Lesu

Kamis 13 Nov 2025, 20:32 WIB

POSKOTA.CO.ID - Pendakwah muda Elham Yahya Luqman, atau yang akrab disapa Gus Elham, kembali menjadi sorotan publik setelah merilis video permintaan maaf terbarunya pada Rabu, 12 November 2025.

Dalam video berdurasi sekitar satu menit yang diunggah ke media sosial pribadinya, Gus Elham tampak berbeda dari biasanya. Ia terlihat lebih pucat, berbicara dengan nada rendah, dan menampakkan ekspresi wajah yang lesu.

DIlansir dari Instagram @mtibadallah, video ini menjadi permintaan maaf kedua yang ia sampaikan setelah kritik tajam datang dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat umum, organisasi keagamaan, hingga lembaga negara seperti KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).

Baca Juga: Pendidikan Demokrasi di Cianjur, Anggota DPRD Jabar Abdul Karim Ajarkan Generasi Muda Arti HAM Sejati

Aksi Gus Elham sebelumnya yang terekam mencium anak perempuan di ruang publik menuai reaksi keras karena dianggap tidak pantas dan berpotensi melanggar prinsip perlindungan anak.

Dalam konteks ini, kasus Gus Elham menjadi pengingat penting tentang etika publik dan tanggung jawab sosial figur keagamaan di era media digital. Sebagai tokoh yang memiliki banyak pengikut, setiap tindakan, baik di dunia nyata maupun di media sosial, kini memiliki dampak besar terhadap persepsi masyarakat.

Beberapa netizen pun mengentari soal permintaan maaf terbuka seperti yang dilakukan Gus Elham merupakan langkah positif untuk memperbaiki citra sekaligus menunjukkan kesadaran moral. Namun, permintaan maaf saja tidak cukup tanpa adanya refleksi mendalam dan perubahan nyata dalam perilaku.

"Semoga menjadi peringatan bagi masyarakat akan pentingnya memilih ustadz dan memilih majelis ilmu yang benar. tidak tergiur gusgusan, habib2an. banyak ustadz2 lain yang berilmu, suasana kajian syari, tanpa joged2, tanpa bermudah2 ikhtilat, tanpa ngakak2 ndagel gajelas, tanpa kepul asep rokok. membahasa ajaran Islam dengan serius, ilmiah dan penuh adab. tanpa dongeng kurafat. agar kita selamat dunia akhirat." ujar @mue***

"Intinya fenomena ini gak akan muncul jika masyarakat tdk mengelu elukannya" ujar @ant***

Baca Juga: Program Cageur RSUD Bakti Pajajaran Bantu Ribuan Pasien untuk Mendapatkan Layanan Kesehatan

Di sisi lain, peristiwa ini juga membuka ruang diskusi lebih luas tentang pentingnya edukasi perlindungan anak terutama di ranah publik dan digital. Banyak orang tua dan tokoh publik yang masih belum memahami bahwa interaksi dengan anak di ruang publik memiliki batas etis dan hukum yang harus dijaga.

Dalam berbagai pandangan keagamaan, anak merupakan amanah yang harus dijaga dengan penuh kasih, bukan diekspos secara sembarangan. Kesadaran ini penting untuk diperkuat di kalangan masyarakat agar setiap tindakan yang berkaitan dengan anak selalu berlandaskan prinsip perlindungan dan penghormatan.

Kasus seperti ini juga menjadi refleksi bagi publik tentang bagaimana kekuatan media sosial dapat mengubah narasi seseorang dalam hitungan jam. Apresiasi muncul bagi tokoh yang berani mengakui kesalahan, namun di sisi lain, masyarakat juga diharapkan tidak mudah melakukan penghakiman berlebihan.

Akhirnya, dari peristiwa Gus Elham, kita dapat mengambil pelajaran berharga: etika publik bukan hanya milik figur terkenal, tetapi tanggung jawab bersama di era keterbukaan informasi.

Dengan menjaga perilaku dan menghormati batas-batas sosial, kita ikut menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan edukatif.

Tags:
Permintaan maaf Gus Elham terbaruperlindungan anakpermintaan maaf publikGus Elham Yahya

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor