Menteri Bahlil angkat bicara soal BBM Bobibos: 'Kita pelajari dulu.' Kementerian ESDM klarifikasi status sertifikasi dan proses uji laboratorium yang harus ditempuh inovasi energi baru. (Sumber: Instagram/@bahlillahadalia)

Nasional

Respons Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Soal Alternatif BBM Bobibos RON 98: 'Kita Pelajari Dulu Ya'

Rabu 12 Nov 2025, 16:17 WIB

POSKOTA.CO.ID - Sebuah inovasi bahan bakar buatan anak negeri bernama Bobibos (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos) tengah menarik perhatian publik.

Dikenal sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) alternatif berbasis limbah jerami dan diklaim memiliki RON 98, bahan bakar ini disebut-sebut bisa menjadi solusi energi ramah lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru di pedesaan.

Namun, di tengah sorotan dan euforia publik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memilih bersikap hati-hati. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan pihaknya belum dapat memberikan penilaian sebelum hasil kajian teknis dan uji laboratorium lengkap diperoleh.

“Kita pelajari dulu ya, kita pelajari dulu,” kata Bahlil kepada awak media usai rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa, 11 November 2025.

Baca Juga: Wacana Pemerintah Terkait Pembatasan Game Online seperti PUBG Usai Insiden Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Bahlil menambahkan, pemerintah tidak ingin gegabah menanggapi setiap klaim inovasi energi baru tanpa uji validasi yang jelas.

Menurutnya, aspek keselamatan, kualitas bahan bakar, dan kelayakan komersial menjadi faktor penting sebelum sebuah produk bisa dipasarkan secara luas.

Dukungan dan Peringatan dari Dalam Kementerian

Meski hemat bicara, sebelumnya anak buah Bahlil, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman mengapresiasi inovasi tersebut. Apalagi disebut ramah lingkungan.

Walau demikian, dia mengatakan perlu ada pengujian dulu. Sebelum produk BBM dikatakan layak beredar di masyarakat.

"Saya tidak berani menyebut nama dan lain-lain, tapi tidak mengurangi apresiasi saya terhadap inovasi anak bangsa. Tapi seperti yang saya jelaskan, untuk menguji suatu BBM lalu menjadi bahan bakar, itu minimal 8 bulan, baru kita putuskan apakah ini layak atau tidak," kata Laode.

Klaim Sertifikasi Dibalaskan

Soal klaim bahwa BBM Bobibos mendapatkan sertifikat dari Lemigas Kementerian ESDM, dia membantah. Menurutnya belum ada pengajuan usulan uji laboratorium.

"Jadi gini, mereka mengusulkan uji di laboratorium kami. Tapi kan hasil ujinya kan ini masih secret agreement, maksudnya masih tertutup ya. Saya belum bisa menyampaikan tersebut," terangnya.

"Dan kalau minta uji berarti kan hasilnya laporan hasil uji, bukan sertifikasi ya. Ini saya perlu luruskan, biar tidak terjadi simpang siur. Kemarin saya juga dapat, oh sudah disertifikasi. Saya luruskan di sini bahwa ini belum disertifikasi," tambahnya.

Baca Juga: Viral Potensi Megathrust di Indonesia, Ini Daftar Wilayah yang Berpotensi Terdampak

Apa Itu Bobibos?

Melansir laman bapenda.jabarprov.go.id, Selasa, 12 November 2025, Bobibos dikembangkan oleh sekelompok peneliti muda di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat yang berupaya mengolah jerami sisa panen menjadi bahan bakar nabati (BBN).

Mereka ingin agar petani tidak hanya mendapat penghasilan dari hasil panen, tetapi juga dari limbahnya.

Uji coba di lapangan dilakukan menggunakan mesin traktor diesel dengan hasil cukup menjanjikan seperti mesin berjalan stabil, asap buangan lebih bersih, dan tenaga terasa ringan.

Hasil pengujian laboratorium oleh Lemigas bahkan menunjukkan angka oktan mencapai 98,1, setara dengan bahan bakar beroktan tinggi.

Potensi ekonominya pun besar. Dengan konversi 3.000 liter bahan bakar per hektar sawah, wilayah seperti Lembur Pakuan yang memiliki 1.000 hektar lahan bisa menghasilkan jutaan liter Bobibos setiap tahun.

Selain bahan bakar, proses produksinya juga menghasilkan pakan ternak dan pupuk organik, menciptakan rantai ekonomi sirkular yang berkelanjutan.

Tuntutan Uji Mendalam dari Kalangan Akademisi

Dari sisi akademik, kalangan perguruan tinggi menilai inovasi Bobibos menjanjikan, namun tetap membutuhkan uji multidisipliner yang ketat.

Dalam ulasan resminya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menegaskan bahwa validasi bahan bakar baru tidak cukup hanya dengan hasil laboratorium tunggal.

Diperlukan serangkaian uji keselamatan produksi, standar emisi, serta ketahanan mesin dalam berbagai kondisi iklim dan merek kendaraan.

“Regulator harus memastikan produk tidak hanya bagus di laboratorium, tapi juga aman, andal, dan berkelanjutan di lapangan,” tulis FMIPA Unesa dalam ulasannya.

Pihak kampus juga menyoroti empat hal yang menjadi keraguan publik, yakni keaslian hasil uji laboratorium, efek jangka panjang terhadap mesin, dampak lingkungan yang benar-benar terukur, serta kesiapan regulasi dan distribusi nasional.

Untuk itu, akademisi mendorong agar tim pengembang membuka data hasil uji secara transparan, menggandeng lembaga pengujian independen, dan melibatkan BUMN energi atau pelaku industri migas guna memastikan skala produksi dan kepatuhan terhadap regulasi.

“Tanpa keterbukaan dan kolaborasi formal, inovasi berisiko berhenti di tataran viral semata,” tulis FMIPA Unesa mengingatkan.

Baca Juga: Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Belajar Merakit Bom dari Internet, Densus 88 Ungkap Fakta Mengejutkan

Inovasi Bobibos telah memantik percakapan nasional tentang kemandirian energi. Namun, jalan menuju meja regulator masih panjang.

Di satu sisi, pemerintah melalui Kementerian ESDM bersikap kritis dan prosedural. Di sisi lain, harapan besar tertumpu pada potensi ekonomi dan lingkungan yang diusungnya.

Kolaborasi antara pengembang, pemerintah, dan akademisi menjadi kunci untuk mengubah "heboh" sementara menjadi solusi energi yang nyata dan teruji untuk Indonesia.

Tags:
bahan bakar nabatiBBNApa Itu BobibosBBM BobibosBahlil Lahadalia Menteri ESDM ESDMRON 98Bahan Bakar MinyakBBMBobibosBahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos

Aldi Harlanda Irawan

Reporter

Aldi Harlanda Irawan

Editor