POSKOTA.CO.ID - Nama YouTuber Indonesia, Nessie Judge, tengah menjadi sorotan publik Jepang setelah dirinya diduga menampilkan foto Junko Furuta, korban kasus pembunuhan paling brutal di Jepang pada akhir 1980-an, sebagai bagian dari latar dekorasi konten bertema Halloween.
Aksi itu memicu kemarahan luas karena Junko dianggap sebagai simbol tragedi nasional yang penuh luka emosional.
Kontroversi ini mencuat setelah video kolaborasi Nessie bersama grup K-Pop NCT Dream dalam segmen #NERROR dirilis awal November 2025.
Dalam video tersebut, seorang pengguna X menemukan foto Junko terpajang di latar syuting.
Baca Juga: Viral Kucing Prabowo Bobby Kertanegara, Kena Tampar Pororo, Netizen: 'Kok Berani Banget?'
Kritik pun menyebar dengan cepat, menyebut tindakan Nessie sebagai bentuk eksploitasi tragedi demi hiburan.
Warganet Jepang menilai penggunaan foto korban kekerasan ekstrem untuk dekorasi seram adalah tindakan tidak berperasaan dan tidak menghormati sensitivitas budaya setempat.
Bahkan, sebagian menganggap kejadian ini dapat merusak citra Indonesia di mata publik Jepang, terlebih karena melibatkan artis global seperti NCT Dream.
Profil Junko Furuta: Korban Kekejian yang Tak Terlupakan
Junko Furuta adalah siswi SMA berusia 17 tahun yang pada tahun 1988 menjadi korban penculikan dan penyiksaan brutal selama 40 hari oleh sekelompok remaja laki-laki.
Baca Juga: Film Abadi Nan Jaya Tentang Apa? Viral di TikTok Usai Tayang di Netflix
Junko mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik dan seksual sebelum akhirnya tewas dan jasadnya ditemukan dalam drum berisi semen.
Kasus ini mengguncang Jepang dan dunia, meninggalkan trauma sosial yang belum hilang hingga kini.
Tanggapan Nessie Judge
Menanggapi kritik yang memuncak, Nessie Judge memberikan klarifikasi bahwa foto tersebut dimaksudkan sebagai bentuk “penghormatan” kepada kasus kriminal yang sering diminta penontonnya.
Ia menyebut bagian mata Junko sengaja ditutup untuk menghormati privasi korban.
Namun publik Jepang menilai alasan tersebut tidak dapat diterima, karena menampilkan wajah korban untuk hiburan tetap dianggap tidak etis.
Nessie kemudian mengunggah permintaan maaf resmi dalam bahasa Inggris dan Jepang, mengakui adanya kesalahan penilaian dalam produksi.
Meski demikian, pernyataan lanjutannya mengenai rencana untuk mengunggah ulang video setelah diedit justru memicu kritik baru.
Banyak yang menilai permintaan maaf itu tidak tulus dan hanya bertujuan meredakan dampak buruk terhadap reputasi.