JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Maraknya insiden pohon tumbang membuat sejumlah warga Jakarta khawatir dan berharap Pemprov Jakarta rutin memeriksa pohon, apalagi di saat hujan seperti sekarang.
Belia, 26 tahun, warga Cengkareng, Jakarta Barat, menceritakan pengalamannya saat menyaksikan langsung insiden pohon tumbang ketika dirinya sedang naik angkutan umum Transjakarta menuju rumahnya beberapa waktu lalu. Ia mengaku kaget ketika kendaraan yang ditumpanginya mendadak berhenti karena lalu lintas terhambat.
“Awalnya emang lagi di dalam Tj (bus TransJakarta), aku lupa jurusan mana tapi di daerah Jaksel sih. Lalu lintas masih ramai lancar, tapi tiba-tiba rem mendadak. Antrean kendaraan sudah mengular di depan Tj itu. Pas mulai ngelewatin sumber macetnya ternyata ada pohon tumbang yang ngalangin jalan,” ujar Belia kepada Poskota, Senin, 27 Oktober 2025.
Belia mengaku sempat diliputi rasa waswas atau khawatir karena kejadian itu terjadi di tengah cuaca gerimis setelah hujan deras.
Baca Juga: 273 Kasus Pohon Tumbang di Jakarta pada 2025, Terbanyak Jaktim
“Pasti waswas, khawatir, dan posisinya lagi gerimis juga. Mikirnya ya Puji Tuhan masih selamat. Soalnya itu pohon tumbang di jalur Tj, gak kebayang kalau pas bus yang aku tumpangi lagi lewat di situ,” kata Belia.
Beruntung, insiden tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Tak lama setelah kejadian, dikatakan Belia, petugas dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) serta BPBD DKI langsung datang untuk mengevakuasi pohon yang menutupi jalan.
Belia pun berharap agar pemerintah daerah lebih rutin melakukan pemeriksaan kondisi pohon, terutama yang berada di tepi jalan raya atau dekat permukiman warga.
Sementara itu, Abdul Wahab 33 tahun, warga Klender, Jakarta Timur, juga menyampaikan kekhawatiran terhadap kondisi pohon-pohon besar yang sudah tua di sekitar tempat tinggalnya. Ia mengaku, sering menemukan ranting pohon berserakan di jalan setiap kali hujan deras melanda.
“Beberapa hari belakangan ini sering hujan. Di daerah saya, arah pulang kerja di Klender, banyak banget ranting-ranting pohon berserakan di pinggir jalan. Kayaknya bekas pohon tua gitu, dan itu bahaya banget kalau malam. Apalagi kalau lewat pakai motor, bisa licin,” ucap Wahab.
Menurutnya, ranting dan batang pohon yang patah bisa membahayakan pengguna jalan, terutama pengendara motor yang melintas di malam hari.
“Ya kalau dibilang khawatir, iya, khawatir banget. Apalagi kalau tiba-tiba pohon tumbang pas kita lewat. Bisa celaka,” kata Wahab.
Sepanjang tahun 2025, BPBD DKI Jakarta mencatat sedikitnya 273 kejadian pohon tumbang di seluruh wilayah Ibu Kota. Dari jumlah itu, Jakarta Timur menjadi wilayah dengan kasus terbanyak, yaitu 80 kejadian.
BMKG Peringatkan Potensi La Nina
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar mewaspadai potensi peningkatan curah hujan dan cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina yang diprediksi akan terjadi pada akhir tahun 2025 hingga awal 2026.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa La Nina merupakan fenomena iklim global yang terjadi akibat pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.
Fenomena ini merupakan kebalikan dari El Niño dan dikenal sebagai “fase dingin” dari siklus El Niño–Southern Oscillation (ENSO).
"La Nina adalah fenomena iklim global yang terjadi akibat pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Ini merupakan “fase dingin” dari siklus El Niño–Southern Oscillation (ENSO)," ucap Guswanto kepada Poskota, Senin, 27 Oktober 2025.
Guswanto menyampaikan, pihaknya memprediksi intensitas La Nina kali ini berada pada kategori lemah, dengan potensi antara 50 hingga 70 persen. Meski tergolong lemah, dampaknya tetap signifikan terhadap pola cuaca di Indonesia.
"BMKG memprediksi La Nina akan terjadi pada akhir tahun 2025 hingga awal 2026 dengan intensitas lemah (potensi 50–70%). Meski tergolong lemah, dampaknya tetap signifikan," ujar Pramono.
Guswanto menyebut, dampak secara umum La Nina ini dapat meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia dan memicu potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Untuk Jakarta, dikatakan Guswanto, termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap banjir saat La Nina terjadi.
"Beberapa faktor pemicunya, curah hujan tinggi dan intensitas hujan yang meningkat, Drainase kota yang belum optimal dan permukaan tanah yang rendah dan dekat laut," kata Guswanto.
Untuk meminimalisasi dampak La Nina, Guswanto mengatakan, BMKG bersama sejumlah instansi telah menyusun langkah strategis lintas sektor. Di antaranya sebagai berikut:
- Koordinasi lintas sektor: melibatkan Dinas SDA, DLH, Dishub, TNI, dan Polri.
- Peningkatan sistem peringatan dini: untuk hujan ekstrem dan banjir.
- Pengecekan dan perawatan pompa banjir: serta saluran air.
- Penyiapan posko siaga bencana hidrometeorologi: di tiap wilayah administratif.
- Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas): oleh BMKG untuk menyusun rencana aksi multi-sektoral. (cr-4)