POSKOTA.CO.ID - Harga emas dunia mengalami koreksi signifikan setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di atas US$4.379 per ons.
Tekanan jual muncul akibat meredanya ketegangan dagang Amerika Serikat–China dan kenaikan margin perdagangan di bursa logam.
Namun secara fundamental, prospek emas masih positif berkat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, pelemahan dolar AS, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral global. Koreksi harga ini justru bisa menjadi peluang akumulasi strategis bagi investor.
Baca Juga: Harga Emas Perhiasan Naik Tipis, 24K Tembus Rp2,39 Juta per Gram Hari Ini 21 Oktober 2025
Harga Emas Dunia Kembali Terkoreksi
Setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah di US$4.379 per ons pada Jumat (17/10), harga emas spot dunia kini mengalami koreksi. Berdasarkan data Investing (20/10/2025), harga emas berada di level US$4.231 per ons pada pukul 13.45 WIB, turun 0,44% dari penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan intraday akhir pekan lalu, emas sempat menembus level psikologis US$4.400, namun akhirnya melemah 1,76% ke US$4.249 per ons di sesi penutupan. Pergerakan tajam ini menandakan volatilitas tinggi yang masih membayangi pasar logam mulia global.
Harga Emas Dalam Negeri Masih Menguat
Sementara di pasar domestik, tren harga emas masih menunjukkan penguatan tahunan yang signifikan. Menurut data fitur Bareksa Emas (20/10), harga emas fisik digital berada di:
- Treasury: Rp2.333.326 per gram
- Pegadaian: Rp2.428.000 per gram
- Indogold: Rp2.364.312 per gram
Dalam satu tahun terakhir, kenaikan harga emas di pasar domestik mencapai 67–72%, mencerminkan sentimen positif terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Faktor Penyebab Koreksi Harga Emas
Koreksi harga emas terjadi tidak lama setelah mencetak rekor tertinggi. Berdasarkan laporan Trading Economics (17/10), penurunan ini terutama dipicu oleh meredanya ketegangan dagang antara AS dan China.
Presiden Donald Trump menyatakan bahwa rencana tarif 100% terhadap barang asal China “tidak berkelanjutan”, sebuah pernyataan yang memicu optimisme pasar terhadap potensi perbaikan hubungan ekonomi kedua negara menjelang pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping.
Namun demikian, ketidakpastian belum sepenuhnya hilang. Trump juga menuding Beijing memperketat ekspor logam tanah jarang, yang bisa mempengaruhi rantai pasok global dan menekan permintaan aset safe haven seperti emas.
Fundamental Emas Masih Solid
Secara fundamental, kinerja emas sepanjang 2025 tergolong luar biasa. Harga emas telah melonjak lebih dari 60% sepanjang tahun berjalan, didukung oleh sejumlah faktor makroekonomi penting, antara lain:
- Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) sebesar 25 basis poin bulan ini dan kemungkinan tambahan pemangkasan di Desember.
- Pelemahan dolar AS serta turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS.
- Ketegangan geopolitik global dan risiko penutupan pemerintahan (government shutdown) di Amerika.
- Pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia serta arus masuk dana ke ETF emas global.
Menurut sejumlah analis, tren ini menunjukkan bahwa fundamental emas tetap kuat, bahkan di tengah koreksi jangka pendek. Permintaan dari bank sentral dan investor institusional masih menjadi pendorong utama yang menopang reli emas jangka panjang.
Prediksi Harga Emas Minggu Ini (20–26 Oktober 2025)
Hasil survei mingguan Kitco News (17/10) menunjukkan bahwa pandangan pasar terhadap arah harga emas masih bervariasi:
- 60% analis memperkirakan harga emas akan kembali naik,
- 27% memperkirakan penurunan lanjutan, dan
- 13% memproyeksikan pergerakan sideways.
Dari sisi investor ritel, sentimen masih positif. Sebanyak 68% dari 265 responden yakin harga emas berpotensi menguat dalam sepekan ke depan.
Beberapa analis memprediksi bahwa emas dapat terkoreksi hingga kisaran US$4.000–4.100, namun mayoritas tetap optimistis terhadap peluang reli lanjutan menuju US$4.500 per ons dalam waktu dekat.
Peluang Strategis bagi Investor
Menurut Bob Haberkorn, analis senior di RJO Futures, penurunan tajam harga emas pada Jumat lalu bukan sinyal akhir dari reli, melainkan kesempatan akumulasi baru. Ia menilai tekanan jual lebih disebabkan oleh kenaikan margin perdagangan perak di bursa Shanghai dan CME, bukan faktor fundamental.
Sementara itu, Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex, menambahkan bahwa emas kini memiliki peran ganda di pasar global tidak hanya sebagai aset lindung nilai (safe haven), tetapi juga sebagai aset momentum yang menarik bagi investor besar.
Dengan demikian, bagi investor ritel yang memiliki horizon investasi jangka menengah hingga panjang, fase koreksi ini justru bisa dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi bertahap, baik melalui pembelian emas fisik digital maupun instrumen reksa dana berbasis emas.
Baca Juga: Saldo DANA Gratis Rp100 Ribu Edisi Hari Ini Selasa 21 Oktober 2025
Strategi Investasi Emas di Tengah Ketidakpastian
Kondisi ekonomi global yang masih fluktuatif membuat emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang relevan. Beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan investor antara lain:
- Dollar Cost Averaging (DCA): Membeli emas secara rutin dalam jumlah tetap untuk mengurangi risiko fluktuasi harga.
- Diversifikasi portofolio: Menempatkan sebagian aset pada instrumen berbasis emas untuk menyeimbangkan risiko investasi.
- Pemantauan kebijakan moneter: Mengikuti perkembangan suku bunga The Fed dan data inflasi global yang sangat mempengaruhi pergerakan emas.
- Pemanfaatan platform digital: Menggunakan layanan seperti Bareksa Emas untuk membeli emas fisik digital secara mudah dan transparan.
Koreksi harga emas dari level tertinggi bukanlah sinyal negatif, melainkan bagian dari siklus alami pasar. Dengan fundamental yang masih kuat termasuk ekspektasi penurunan suku bunga, pelemahan dolar AS, dan pembelian besar oleh bank sentral prospek emas dalam jangka menengah-panjang tetap positif.
Bagi investor yang cermat, fase seperti ini justru memberikan peluang untuk memperkuat portofolio dengan aset yang memiliki reputasi historis sebagai penyimpan nilai terbaik di tengah ketidakpastian ekonomi global.