Ilustrasi, satu orang tewas dalam insiden kebakaran rumah tinggal di Gang Balok RT 11 RW 07, Kelurahan Angke, Tambora, Jakarta Barat, Jumat, 10 Oktober 2025. (Sumber: Dok. Istimewa)

JAKARTA RAYA

Kasus Kebakaran di Jakarta Tinggi, Legislator PSI Pertanyakan Efektivitas Program Satu RT Satu APAR

Selasa 14 Okt 2025, 20:36 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Korsleting listrik jadi pemicu paling dominan peristiwa kebakaran di Jakarta, yang mengakibatkan kerugian materi cukup besar, sepanjang tahun 2025.

Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBD Jakarta, sejak 1 Januari hingga 30 Juni 2025, telah terjadi 371 kasus kebakaran di berbagai wilayah Jakarta.

Kepala Pusdatin BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan, mengatakan, total kerugian ditaksir mencapai Rp201.486.884.000.

Dari seluruh kejadian, wilayah Jakarta Pusat tercatat sebagai kawasan dengan frekuensi kebakaran tertinggi.

Sementara itu, penyebab kebakaran paling dominan adalah korsleting listrik. Kemudian, kompor gas dan overheat alat elektronik.

Fakta ini menjadi alarm keras bahwa masalah kelistrikan tak bisa lagi dianggap sepele dan harus jadi perhatian pemerintah maupun pihak terkait.

Tak hanya pemerintah, masyarakat pun diingatkan agar lebih peduli terhadap keamanan instalasi listrik di lingkungan masing-masing.

Baca Juga: 3.269 Kasus Kebakaran di Jakarta, Mayoritas Disebabkan Korsleting Listrik

"Masyarakat diimbau agar rutin memeriksa instalasi listrik secara berkala, jangan pakai kabel sembarangan," tutur Yohan.

"Pakai perangkat listrik standar (SNI/resmi), hindari colokan bertumpuk, siapkan APAR di rumah dan lingkungan padat. Kalau bepergian, pastikan alat-alat listrik dicabut," ujarnya.

Sementara untuk jumlah korban kebakaran, berdasarkan data dari 2021 sampai 2025 cukup memprihatinkan. Data terbaru mencatat ada sebanyak 163 korban meninggal dan 451 orang mengalami luka-luka.

Sementara itu, anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI, Kevin Wu, menyoroti kasus kebakaran yang masih kerap terjadi dan juga program Pemprov Jakarta yaitu 'Satu RT, Satu APAR'.

Menurut Kevin, seharusnya program tersebut menyediakan APAR kepada warga yang berdiri di garis depan kebakaran untuk memadamkan ketika percikan api pertama kali muncul agar tidak menyebar.

Namun, kenyataannya yang terjadi sekarang menunjukkan berkali-kali dalam kasus kebakaran api menjadi besar dan menjalar, hingga meluas.

Baca Juga: Korsleting Kipas Angin Picu Kebakaran 2 Rumah di Tanjung Priok

"Oleh karena itu, Pemprov DKI harus serius dalam menghadapi permasalahan ini," kata Kevin melalui pesan, Selasa, 14 Oktober 2025.

Di saat seperti ini, Kevu juga mengingatkan agar sumber-sumber api yang berpotensi memercik kembali kebakaran perlu dipastikan sudah padam.

"Hal itu penting menimbang kebakaran di kawasan Tangki beberapa waktu lalu, juga bisa terjadi berulang-ulang karena adanya titik-titik api yang belum dipadamkan sepenuhnya," tuturnya.

Kevin berharap Pemprov Jakarta dapat merumuskan bagaimana melakukan langkah pencegahan, termasuk pada saat proses pemadaman yang dilakukan di lapangan.

"Lagi-lagi, kami ingin menanyakan langkah jangka panjangnya. Bagaimana Pemprov DKI akan mengatasi masalah kebakaran yang sering terjadi ini, terutama di wilayah Jakbar," tuturnya.

"Dalam beberapa waktu ke belakang saja, terjadi kebakaran di berbagai tempat yang masif," ujar Kevin.

Tags:
kebakaranPemprov DKIDPRDKevin WuSatu RT Satu APAR

Pandi Ramedhan

Reporter

Mohamad Taufik

Editor