Situasi Lokbin Intan di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, yang sepi dari pengunjung pada Sabtu, 27 September 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: M Tegar Jihad)

JAKARTA RAYA

Pedagang Lokbin Intan Kota Tua Bertahan di Tengah Sepinya Pengunjung

Sabtu 27 Sep 2025, 14:43 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Di tengah riuh rendah kawasan wisata Kota Tua, Jakarta Barat, ada satu sudut yang justru sunyi senyap. Lokasi binaan (Lokbin) Intan, yang semestinya menjadi pusat aktivitas perdagangan rakyat, kini ibarat kawasan mati.

Tak terdengar suara tawar-menawar antara pedagang dan pembeli, hanya sesekali terdengar candaan kecil sesama pedagang yang mencoba menghidupkan suasana.

Puluhan hingga ratusan kios tampak terbengkalai. Beberapa bahkan ditumbuhi rumput liar karena lama tak terurus.

Yang tersisa hanyalah segelintir pedagang yang bertahan dengan harapan masih ada rezeki di tanah bersejarah itu.

Amir, 47 tahun, seorang pedagang pakaian dan tas, mengaku sudah berdagang di Lokbin Intan sejak 2016. Sebelum dipindahkan ke lokasi itu, ia biasa berjualan di trotoar sekitar Kota Tua.

"Lama juga saya dagang di sini, dari tahun 2016-2017. Saya udah di sini sebelumnya, saya di depan trotoar dekat kawasan kota tuanya," ujar Amir saat diwawancara Poskota, Sabtu, 27 September 2025.

Amir yang membuka kiosnya dari pagi hingga malam hanya bisa pasrah. Ia menyebut, satu-satunya harapan pedagang hanyalah kedatangan rombongan bus wisata.

Baca Juga: Cara ke Kota Tua Pakai KRL Lengkap dengan Estimasi Waktunya

“Kalau ada bus masuk, bisa rame. Kalau nggak ada, ya sepi kayak gini. Harapan saya, pedagang di Lokbin Intan ini bisa dibina lagi. Kalau bisa disatukan dengan pedagang trotoar supaya nggak tercerai-berai,” ucap Amir.

Amir mengaku, kawasan ini sepi sejak dan setelah pandemi Covid-19 melanda. Sebelumnya lokbin Intan ini ramai dihuni oleh berbagai macam pedagang.

"Sekarang tuh paling pedagangnya ya ini kayak saya pakaian topi tas dulu mah banyak ada mainan ada makanan gitu sekarang udah pada sepi udah pada pindah karena nggak ada pengunjungnya juga," kata Amir.

Bahkan, dikatakan Amir, dulu dirinya mampu meraup omzet Rp1 juta lebih setiap harinya. Namun, sekarang dia hanya bisa mendapat omzet sekitar Rp300-500 ribu setiap harinya. Tak jarang, barang dagangannya itu terjual sama sekali.

"Saya tuh omzet dulu-dulu mah lumayan 1 juta lebih, kalau sekarang kondisi sepi paling 500-300 ribu gitu sehari," ungkap dia.

Untuk harga kios per-bulannya, Amir menyebut, dia bersama pedagang lainnya hanya diminta biaya sebesar Rp150 ribu perbulan.

"Kalau harga kios di sini 150 ribu (perbulan). nah sekarang udah nggak dipungut lagi karena sepi kayaknya deh," tutur dia.

Selain sepinya pengunjung atau pembeli, Amir mengaku, kerap khawatir dengan para pengamen maupun pengemis yang kerap kali menempati untuk menginap lokbin kios terbengkalai di belakang kiosnya tersebut.

"Di sini tuh banyak pengamen gembel-gembel gitu pengemis yang pada tidur kalau malam. kalau dibilang Khawatir mah kita khawatir barang dagangan kita diambil gitu," ujar Amir.

Kendati demikian, Amir berharap agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dapat membina serta mempersatukan kembali pedagang-pedagang lain yang berjualan di sekitar kawasan kota tua untuk kembali berdagang di lokbin Intan tersebut.

Baca Juga: Harga Tiket Masuk Museum Bank Indonesia di Kota Tua, Lengkap dengan Cara Beli dan Jam Operasional

"Ya saya berharap sih semoga bisa dibina aja para pedagang-pedagang login Intan ini kalau bisa disatukan dengan pedagang-pedagang yang lain yang di trotoar gitu, Karena kan sekarang banyak yang bisa pisah," ungkapnya.

Hal senada dirasakan Mursida, 52 tahun, pedagang topi dan tas. Ia sudah berjualan di sana sejak 2017.

Dengan sewa kios hanya Rp150 ribu per bulan, ia memilih bertahan meski penghasilan jauh menurun.

“Dulu bisa dapat Rp300 ribu sampai Rp400 ribu sehari, kadang laris. Sekarang paling cuma satu-dua potong yang laku sekitar Rp75 ribu. Bahkan, bulan ini pernah nggak ada sama sekali,” ujarnya.

Seperti Amir, Mursida berharap agar Pemprov Jakarta dapat menggiring para bus wisatawan untuk parkir di kawasan lokbin Intan tersebut.

"Ya harapannya sih bus pengunjungnya tuh harus ke sini. karena kan kalau misalnya bus di tempat lain, kita nggak bisa dapat apa-apa," kata Mursida.

Namun, kesepian bukan satu-satunya masalah. Lokbin yang terbengkalai justru jadi tempat tidur gelandangan dan pengamen di malam hari.

Mursida bahkan pernah kehilangan satu karung dagangan tasnya akibat dicuri oleh kawanan PPPKS tersebut.

“Makanya saya sekarang kios ditutup pakai triplek. Khawatir kalau ada yang ambil. Kita pedagang di sini memang waswas, tapi mau gimana lagi, tetap bertahan,” tuturnya.

Kini, Lokbin Intan hanya menyisakan cerita tentang geliat ekonomi rakyat yang terhenti di tengah hiruk pikuk Kota Tua.

Para pedagang kecil bertahan dengan harapan suatu saat, kehidupan bisa kembali ramai di tempat yang kini sunyi itu. (cr-4)

Tags:
Jabodetabek Jakartalokasi binaan intan kota tuaKota TuaPedagang Lokbin Intan

Tim Poskota

Reporter

Mohamad Taufik

Editor