POSKOTA.CO.ID - Baru-baru ini, publik digegerkan dengan unggahan putra Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Yudo Sadewa yang menyebut Sri Mulyani sebagai agen CIA.
Kontroversi ini semakin memanas karena istilah 'Ternak Mulyono' muncul dalam klarifikasi Yudo.
CIA atau kepanjangan Central Intelligence Agency adalah badan intelijen Amerika Serikat yang berdiri sejak 1947.
Di mana, CIA bertugas mengumpulkan dan menganalisis informasi intelijen luar negeri demi kepentingan keamanan nasional AS.
Setelah unggahan viral di Instagram Story-nya, Yudo memberikan klarifikasi melalui akun TikToknya @yudosadewa pada Selasa malam, 9 September 2025.
Baca Juga: Profil Brave Pink dan Hero Green Viral di Medsos, Ini Makna dan Cara Ganti Foto Sesuai Tren
Ia menegaskan bahwa, pernyataannya mengenai Sri Mulyani sebagai agen CIA hanyalah candaan kepada teman-temannya.
"Yang bilang itu sebenernya gak beneran ya, bu Sri Mulyani bukan agen CIA atau IMF," kata Yudo sambil tersenyum.
Dia juga menambahkan, postingannya sengaja digoreng oleh pihak tertentu sehingga menjadi viral.
Padahal, maksud dia, postingan tersebut hanya bercanda mengenai 'Ternak Mulyono'.
"Tapi aku klarifikasi nih, itu tidak benar, itu hanya jokes yang diberikan kepada teman-teman aku, terhadap ternak Mulyono lah," katanya sambil tertawa lagi.
Meski merasa unggahannya digoreng, Yudo menyampaikan permohonan maaf kepada publik.
"Nah ini ada yang goreng kayaknya guys. Jadi ya udah lah, dan aku mohon maaf, dan itu tidak benar sama sekali ya," ujarnya.
Lantas, apa itu Ternak Mulyono yang viral disebut putra Purbaya Yudhi Sadewa dalam klarifikasinya?
Baca Juga: Viral Festival Musik Pestapora Putus Kerja Sama dengan Freeport Indonesia, Apa Penyebabnya?
Apa Itu Ternak Mulyono?
Istilah “ternak Mulyono” berkembang di ruang komentar media sosial sebagai bentuk sindiran terhadap praktik politik yang dianggap nepotisme, kroni, atau oligarkis.
“Ternak” mengacu pada pembinaan kelompok tertentu demi kepatuhan dan keuntungan.
Mulyono sendiri adalah nama lahir Joko Widodo (Jokowi), yang kemudian diganti karena alasan budaya Jawa terkait kesehatan bayi.
Dalam kacamata politik digital, istilah ini menjadi simbol kritik masyarakat terhadap praktik patronase politik, yang dibalut dengan humor dan meme agar lebih mudah diterima publik.
Dalam konteks media sosial, “Ternak Mulyono” mencerminkan cara publik menyampaikan protes terhadap praktik politik oligarkis dengan gaya humoris dan kreatif.