POSKOTA.CO.ID – Memahami berbagai jenis instrumen investasi adalah langkah penting bagi setiap investor pemula sebelum mulai menempatkan dana.
Instrumen investasi merupakan sarana untuk menyimpan atau mengelola dana dalam periode tertentu dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Dilansir Poskota melalui situs Sahabat Pegadaian, fungsi utama dari instrumen ini adalah membantu menjaga, melindungi, dan mengembangkan nilai aset agar target finansial dapat tercapai.
Di tengah berkembangnya dunia finansial, pilihan instrumen semakin beragam dan dapat disesuaikan dengan jangka waktu maupun tingkat risikonya.
Baca Juga: Modal Rp50 Ribu! Cara Investasi Emas di Pegadaian Digital untuk Pemula
Apa itu instrumen investasi?
Dilansir Poskota melalui situs Sahabat Pegadaian, instrumen investasi adalah alat untuk menempatkan atau menyimpan dana pada periode tertentu dengan tujuan menghasilkan profit, baik untuk jangka panjang maupun pendek.
Fungsi instrumen investasi adalah memungkinkan para investor untuk menjaga, melindungi, dan mengembangkan aset yang mereka miliki sehingga target finansial bisa tercapai.
Berinvestasi sendiri merupakan upaya mengamankan dan meningkatkan nilai kekayaan. Saat ini, ketersediaan instrumen investasi yang bermacam-macam memberikan lebih banyak opsi bagi para investor.
Berdasarkan jangka waktunya, investasi dapat diklasifikasikan menjadi investasi jangka pendek, menengah, dan panjang.
Baca Juga: Hindari Kerugian Investasi Emas dengan Menghindari 5 Kesalahan Ini
Jenis instrumen investasi
1. SBN (Surat Berharga Negara)
Instrumen investasi yang diterbitkan pemerintah dan memberi return sekitar 5–7% per tahun. Cocok untuk masyarakat yang ingin berkontribusi pada pembangunan dan mencari instrumen relatif aman, seperti SBR dan ORI.
2. Deposito
Simpanan berjangka dari bank dengan bunga tetap (3–5%/tahun) dan dijamin LPS. Cocok untuk pemula karena risikonya rendah, namun tidak fleksibel karena dana hanya bisa dicairkan saat jatuh tempo.
Baca Juga: Cara Investasi di Aplikasi Brimo untuk Pemula Terbaru 2025
3. Reksa Dana
Dana kolektif yang dikelola manajer investasi ke berbagai instrumen (saham, obligasi, pasar uang). Cocok untuk diversifikasi dengan risiko terukur dan modal terjangkau.
4. Saham
Bukti kepemilikan perusahaan yang terdaftar di BEI, memberikan potensi imbal hasil tinggi dan hak atas dividen. Namun, risikonya juga sebanding dengan potensi keuntungannya.
Baca Juga: Jangan Salah Pilih! Ini Bedanya Investasi Emas Antam dan UBS
5. Properti
Investasi fisik berupa tanah atau bangunan dengan nilai yang cenderung naik dan bisa menghasilkan passive income. Cocok untuk jangka panjang, namun butuh modal besar di awal.
6. P2P Lending
Investasi dengan memberikan pinjaman via platform online berizin OJK. Return bisa mencapai 8% per tahun, tapi tetap ada risiko gagal bayar dari peminjam.
Baca Juga: Cara Diversifikasi Investasi Kripto, Simak 4 Strategi Efektif untuk Minimalkan Risiko
7. Obligasi
Surat utang dari pemerintah atau perusahaan dengan imbal hasil berupa kupon 3–6 bulan. Nilainya lebih stabil dibanding saham, dan obligasi pemerintah tergolong paling aman.
8. Emas
Instrumen klasik dan stabil yang cocok di tengah inflasi atau resesi. Risikonya rendah dan bisa dibeli dalam bentuk fisik atau digital dengan modal terjangkau.
Demikian informasi mengenai instrumen investasi.