POSKOTA.CO.ID - Di jagat sepak bola, rivalitas bukan hanya ditentukan oleh sejarah klub atau gengsi kompetisi, tetapi juga oleh kisah personal para pemain yang berada di dalamnya. Jordi Amat, bek senior Persija Jakarta, menjadi figur sentral menjelang laga kontra Dewa United.
Hubungannya yang erat dengan Stefano Lilipaly, Rafael Struick, dan Egy Maulana Vikri di Timnas Indonesia membuat laga ini bukan sekadar pertemuan dua klub, melainkan juga pertemuan emosional antar sahabat yang kini harus berhadap-hadapan.
Dalam pernyataannya, Jordi menegaskan dengan lugas:
“Mereka adalah teman baik saya. Tapi begitu menginjakkan kaki di lapangan, mereka sekarang adalah lawan.”
Pernyataan ini bukan sekadar kalimat normatif, melainkan cerminan nyata profesionalisme seorang pemain sepak bola.
Baca Juga: Eks Persib Mateo Kocijan Dirumorkan Jadi Incaran Persis Solo di Super League 2025/2026
Jadwal Laga: Persija vs Dewa United di Banten International Stadium
Pertandingan Dewa United vs Persija Jakarta akan berlangsung di Banten International Stadium pada Jumat, 29 Agustus 2025. Laga pekan keempat Super League ini diprediksi menyedot perhatian besar, baik dari publik Jakarta maupun Banten.
- Persija Jakarta, dengan julukan Macan Kemayoran, datang dengan tekad penuh untuk mencuri poin tandang.
- Dewa United, yang kini dikenal sebagai Banten Warriors, sedang membangun reputasi sebagai klub dengan skuad bertabur bintang.
Kehadiran pemain Timnas di kedua kubu membuat pertandingan ini kental nuansa kompetitif sekaligus emosional.
Dewa United: Kekuatan Baru yang Tak Bisa Diremehkan
Dalam beberapa musim terakhir, Dewa United membuktikan diri sebagai salah satu kekuatan baru sepak bola Indonesia. Rekrutmen pemain bintang dan strategi taktik modern menjadikan mereka lawan tangguh.
Dengan trio Timnas Indonesia—Lilipaly, Struick, dan Egy—serta beberapa pilar asing, Dewa United memiliki keseimbangan antara pengalaman dan semangat muda. Mereka bukan hanya sekadar pendatang baru, melainkan ancaman nyata bagi klub-klub mapan seperti Persija.
Persija Jakarta: Tradisi, Gengsi, dan Tekanan untuk Menang
Bagi Persija Jakarta, setiap laga adalah ujian mempertahankan identitas sebagai salah satu klub besar Indonesia. Dukungan Jakmania, basis suporter fanatik, selalu menjadi dorongan sekaligus tekanan.
Bek berusia 33 tahun, Jordi Amat, menyadari hal ini:
“Saya tahu mereka (Dewa United) bermain sepak bola dengan sangat baik, sama seperti kami. Jadi ini akan menjadi pertandingan yang seimbang, siapa yang bisa mengendalikan permainan.”
Pernyataan itu menandakan bahwa Persija tidak bisa sekadar mengandalkan nama besar. Mereka harus bekerja keras untuk memastikan tiga poin.
Baca Juga: Erika Carlina Bukan Satu-satunya! Wanita Lain Ngaku Punya Anak dari DJ Panda, Siapa Dia?
Rivalitas di Lapangan, Persahabatan di Luar
Salah satu keindahan sepak bola adalah kemampuannya menghadirkan dualitas: persahabatan dan rivalitas. Di luar lapangan, Jordi dan trio Timnas bisa bercanda, berbagi pengalaman, bahkan makan bersama. Tetapi ketika peluit kick-off berbunyi, semua ikatan personal harus ditanggalkan.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di level global, kita melihat bagaimana pemain yang bersahabat di Tim Nasional seperti Lionel Messi dan Neymar harus bersaing habis-habisan saat membela klub berbeda.
Jordi dan sahabat-sahabatnya memberi pesan penting: profesionalisme berarti mampu memisahkan urusan personal dengan tanggung jawab kerja.
Di balik rivalitas, ada rasa hormat yang mendalam. Justru, pertandingan semacam ini bisa memperkuat hubungan persahabatan, karena masing-masing pemain tahu bahwa satu sama lain bermain dengan sepenuh hati.
Bagi suporter, ini juga menjadi pengingat bahwa sepak bola bukan hanya soal menang atau kalah, melainkan soal menghargai perjuangan dan hubungan antar manusia.