BANDUNG BARAT, POSKOTA.CO.ID - Terus berkembangnya piranti sentuh jadi penyebab minimnya minat baca masyarakat terhadap buku fisik. Akibatnya, kualitas literasi di setiap daerah terutama di Jawa Barat perlu ditingkatkan.
Berdasarkan data dari Open Data Jabar lewat Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), hasilnya sangat mengkhawatirkan.
Pegiat literasi, Diani Fitri, menyebutkan, saat ini di wilayah Bandung Raya yang mencakup, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat, minat baca buku tidak mencapai 100 persen.
"Di Kabupaten Bandung misalnya, minat baca hanya mencapai angka 60,65 persen, Kabupaten Bandung Barat 60,3, Kota Cimahi 75,55, dan paling tinggi Kota Bandung 86,82," kata Diani, Selasa, 19 Agustus 2025.
Baca Juga: Dinas Perpusip Kabupaten Tangerang Terjun ke Desa, Pacu Minat Baca dan Literasi Warga
Dengan kondisi ini ia menilai, minat baca masyarakat di Bandung Raya ternyata masih jauh dari kata menggembirakan.
"Faktanya, buku fisik makin jarang disentuh akibat tergeser oleh layar gawai yang lebih akrab di genggaman. Artinya, kualitas literasi di empat daerah Bandung Raya masih perlu banyak dibenahi," ujarnya.
Sementara itu, dari hasil survei Dispusipda Jawa Barat tahun 2022 l, juga memperkuat gambaran itu. Indeks literasi membaca Jabar cuma 61,49 persen. Rendahnya angka ini menandakan budaya membaca masih lemah, bahkan di kalangan orang dewasa.
"Jadi intinya, membaca itu harus dibiasakan sedari kecil," ucapnya.
Menurut Diani, kebiasaan membaca bukan sekadar belajar tapi, membaca adalah pengalaman yang penuh makna, gerak, dan kegembiraan.
"Tapi sayangnya saat ini kebanyakan anak tidak dibiasakan membaca sejak kecil," ucapnya.
Dia mengimbau, bagi para orang tua, jika ingin membangun kebiasaan membaca, jangan terlalu banyak memberi pilihan buku sebab, anak akan bingung. Selain itu, hindari juga membiasakan anak membaca lewat gadget.
Dia menambahkan, salah satu upaya meningkatkan minat baca, peran komunitas dan Bazar Buku harus ditingkatkan.
"upaya meningkatkan budaya baca tak bisa hanya mengandalkan sekolah dan perpustakaan. Komunitas literasi hingga gelaran bazar buku punya peran penting," ujarnya.
Baca Juga: Rumah Peradaban SNC Walantaka, Upaya Menumbuhkan Minat Baca Anak-anak dengan Bermain
Sementara itu, Direktur Big Bad Wolf (BBW) Indonesia, Marthius Wandi Budianto, menyebut pihaknya kembali menggelar bazar buku internasional di Kota Baru Parahyangan, 28 Agustus–7 September 2025.
"Tahun ini kami hadir lagi dengan membawa lebih dari 1 juta buku. Mulai dari board book, buku anak bergambar, buku pengembangan diri, sampai koleksi fiksi dan nonfiksi populer," kata Marthius.
Dalam kesempatan kali ini, sekitar 80 persen koleksi yang dibawa adalah buku anak-anak.
"Kami memang fokus menumbuhkan minat baca sejak dini. Kalau anak sudah terbiasa, budaya membaca akan ikut terbawa hingga dewasa," ujarnya.
Pentingnya kebiasaan membaca sejak kecil dibuktikan oleh Chiellyn Ashley, siswi SMP di Bandung. Ia mengaku sejak balita sudah akrab dengan buku berkat orang tuanya.
"Kebetulan saya suka masak dan baca. Dari kecil orang tua sudah biasakan saya baca buku. Jadi sampai sekarang, membaca itu terasa menyenangkan," ucapnya.