Proyek Tol Rp15,8 Triliun di Utara Jakarta Rampung 2026, Pramono Anung Ungkap Kawasan yang Tergusur

Senin 18 Agu 2025, 07:37 WIB
Pembangunan Tol Harbour II di Jakarta Utara diproyeksikan selesai 2026, menjadi akses utama dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Bandara Soekarno–Hatta. (Sumber: Pinterest)

Pembangunan Tol Harbour II di Jakarta Utara diproyeksikan selesai 2026, menjadi akses utama dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Bandara Soekarno–Hatta. (Sumber: Pinterest)

Bagi warga, penggusuran bukan sekadar kehilangan rumah, tetapi juga kehilangan ikatan sosial dan sumber mata pencaharian. Banyak usaha kecil yang terpaksa tutup karena lahan yang ditempati masuk dalam jalur proyek.

Dari perspektif manusia, inilah dilema pembangunan kota besar: antara kepentingan makro untuk kepentingan publik dan kepentingan mikro yang menyangkut kehidupan sehari-hari masyarakat.

Perspektif Pemerintah dan Tantangan Lahan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN) bersama Pemprov DKI Jakarta terus berupaya menyelesaikan persoalan pembebasan lahan. Dari total 39 hektare yang dibutuhkan, baru sekitar 20 hektare (53 persen) yang berhasil dibebaskan.

Proses ini kerap menghadapi kendala berupa negosiasi harga tanah, perlawanan warga, hingga dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan. Pemerintah berjanji memberikan kompensasi yang adil, namun pengalaman dari proyek-proyek sebelumnya menunjukkan bahwa tidak semua pihak merasakan keadilan secara merata.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Paling Beruntung Hari Ini Senin 18 Agustus 2025: Taurus hingga Scorpio Dapat Energi Baru

Proyek Strategis dengan Dampak Nasional

Harbour II bukan sekadar proyek lokal. Sebagai akses utama menuju pelabuhan dan bandara, jalan tol ini menjadi bagian dari sistem logistik nasional. Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung pada kelancaran jalur distribusi barang.

Jika berhasil diselesaikan tepat waktu pada 2026, tol ini bisa menghemat waktu distribusi hingga 30 persen. Hal ini akan berimplikasi langsung terhadap efisiensi biaya logistik nasional yang selama ini dikenal tinggi.

Beberapa warga yang terdampak proyek tol ini memiliki pandangan berbeda. Ada yang merasa dirugikan karena harus kehilangan rumah dan usaha kecil mereka. Namun, ada pula yang melihatnya sebagai kesempatan untuk mendapatkan kompensasi dan memulai kehidupan baru di tempat lain.

“Berat rasanya harus pindah dari rumah yang sudah kami tempati puluhan tahun. Tapi kalau demi pembangunan, ya mau bagaimana lagi. Harapannya pemerintah bisa adil dalam ganti rugi,” ujar salah satu warga di kawasan Martadinata.

Suara-suara seperti ini menunjukkan bahwa pembangunan bukan sekadar beton dan aspal, melainkan juga kisah manusia yang hidup di dalamnya.

Pembangunan Tol Harbour II adalah cerminan ambisi Jakarta untuk menjadi kota modern dengan sistem transportasi terintegrasi. Dengan investasi besar, proyek ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi mobilitas masyarakat, kelancaran logistik, dan pertumbuhan ekonomi.

Namun, di balik ambisi besar ini, ada cerita kecil yang tak boleh dilupakan: kehidupan warga yang tergusur, kenangan yang hilang, dan perjuangan untuk beradaptasi dengan kenyataan baru.


Berita Terkait


News Update