Pada waktu tertentu, khususnya pagi dan malam hari, suhu minimum bahkan dapat menyentuh angka 17–18 derajat Celsius.
Menurut BMKG, penurunan suhu ini merupakan dampak dari puncak musim kemarau di Jawa Barat.
Selama periode ini, jumlah awan di langit sangat minim. Padahal, awan berfungsi layaknya selimut alami yang memantulkan panas matahari kembali ke bumi.
Tanpa keberadaan awan yang memadai, panas yang diserap permukaan tanah pada siang hari cepat menghilang ke atmosfer saat malam tiba, membuat udara menjadi lebih dingin pada pagi hari.
Baca Juga: Jadwal Uji Tanding Persib Bandung vs Western Sydney Hari Ini, Uilliam Barros Bersemangat
Dalam rilis resminya, BMKG menjelaskan, kondisi cuaca dingin saat ini tidak hanya dipengaruhi musim kemarau, tetapi juga serangkaian faktor atmosfer skala besar, di antaranya yakni.
- Aktivitas Dipole Mode negatif
- Madden-Julian Oscillation (MJO)
- Gelombang tropis Kelvin, Mixed Rossby-Gravity, dan Rossby Ekuatorial
- Gelombang berfrekuensi rendah
- Sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia
Kombinasi faktor-faktor ini memicu pembentukan awan hujan di sejumlah wilayah sekaligus meningkatkan potensi cuaca ekstrem.
Meski begitu, sebagian besar daerah Indonesia, termasuk Jawa Barat, masih berada pada periode musim kemarau yang identik dengan suhu dingin di pagi hari.