POSKOTA.CO.ID - Nama Jairo Riedewald kembali bergema di telinga pencinta sepak bola Indonesia. Bukan hanya karena rekam jejaknya di Eropa, melainkan juga karena statusnya sebagai salah satu calon pemain naturalisasi Timnas Indonesia.
Pemain dengan darah keturunan Indonesia Suriname Belanda ini sudah lama berada di radar PSSI, namun perjalanan menuju kewarganegaraan Indonesia ternyata jauh lebih rumit dibanding perkiraan banyak pihak.
Di tengah euforia publik terhadap gelombang pemain keturunan yang siap memperkuat Garuda, kisah Riedewald menjadi cermin bahwa proses naturalisasi tidak selalu berjalan mulus. Ada jalur hukum, regulasi, bahkan pertimbangan teknis yang mempengaruhi nasib seorang pemain sebelum benar-benar mengenakan seragam merah putih.
Baca Juga: Tanggung Jawab Guru di Ranah Ilmu Pengetahuan: Panduan Lengkap Sesuai Kode Etik Nasional
Latar Belakang dan Perjalanan Karier Jairo Riedewald
Jairo Riedewald lahir pada 9 September 1996 di Haarlem, Belanda. Karier profesionalnya dimulai bersama Ajax Amsterdam, klub raksasa Eredivisie yang terkenal sebagai pencetak bakat muda dunia. Performa solidnya mengantarkan dia ke Crystal Palace di Liga Primer Inggris, sebelum akhirnya bergabung dengan Royal Antwerp di Belgia.
Bakatnya tidak hanya terletak pada kemampuan bertahan. Riedewald dikenal fleksibel, mampu bermain sebagai bek tengah, gelandang bertahan, maupun bek kiri. Keunggulan ini membuatnya dipandang sebagai aset strategis bagi Timnas Indonesia, yang kerap membutuhkan pemain serbaguna di turnamen besar.
Mengapa PSSI Mengincar Riedewald?
Dari perspektif teknis, ada beberapa alasan mengapa PSSI begitu tertarik:
- Pengalaman Eropa – Bermain di liga dengan tingkat kompetisi tertinggi memberi nilai tambah besar bagi peningkatan kualitas Timnas.
- Kedewasaan Taktis – Riedewald memahami variasi sistem permainan, sebuah keuntungan bagi pelatih yang ingin mengimplementasikan taktik fleksibel.
- Koneksi Emosional – Meski lahir di Belanda, adanya garis keturunan Indonesia membangun ikatan emosional yang menjadi modal adaptasi di dalam tim.
Namun, daya tarik ini harus dihadapkan pada kenyataan pahit: proses naturalisasi Riedewald belum juga menemui titik terang.
Hambatan Regulasi FIFA
Menurut regulasi FIFA, pemain yang pernah membela tim nasional senior negara lain di pertandingan resmi kompetitif tidak dapat berganti asosiasi sepak bola, kecuali memenuhi kriteria khusus. Walaupun Riedewald belum bermain di turnamen resmi Piala Dunia atau Piala Eropa untuk Belanda, keikutsertaannya di level junior dan kemungkinan pertandingan persahabatan tertentu membuat PSSI harus memastikan status eligibility secara hukum.
Di sinilah kompleksitas muncul. Dokumen legal, rekam jejak pertandingan, dan interpretasi pasal FIFA menjadi tantangan besar. PSSI bahkan dikabarkan siap membawa persoalan ini ke Court of Arbitration for Sport (CAS) jika jalur diplomasi tidak memadai.
Posisi Tanpa Klub: Pedang Bermata Dua
Setelah kontraknya berakhir di Royal Antwerp, Riedewald kini berstatus free agent. Dari satu sisi, ini memberi keleluasaan baginya untuk mencari klub baru yang sesuai dengan ambisi karier dan rencana naturalisasi. Namun, dari sisi lain, absennya kompetisi reguler berpotensi memengaruhi kebugaran fisik dan mentalnya, sesuatu yang menjadi pertimbangan serius bagi PSSI.
Terlebih, Timnas Indonesia sedang mempersiapkan diri menghadapi dua laga penting di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia: melawan Arab Saudi (8 Oktober 2025) dan Irak (11 Oktober 2025). Cedera yang dialami Ole Romeny membuat kebutuhan akan pemain berkualitas semakin mendesak, namun kondisi match fitness tetap menjadi faktor penentu.
Persaingan dengan Calon Naturalisasi Lain
Proses Riedewald tidak berdiri sendiri. PSSI juga tengah memproses naturalisasi beberapa pemain keturunan lain, termasuk Mauro Zijlstra dari FC Volendam dan kemungkinan besar Miliano Jonathans dari FC Utrecht. Fokus yang terbagi membuat prioritas PSSI terpecah, sehingga peluang Riedewald untuk segera bergabung menjadi sedikit menipis.
Meski begitu, dari perspektif taktik, jika regulasi dapat diatasi, Riedewald berpotensi menjadi gelandang bertahan kelas Eropa yang langka dimiliki Indonesia.
Respons Publik: Antara Harapan dan Realisme
Bagi banyak pendukung Timnas, nama Jairo Riedewald mewakili mimpi menghadirkan pemain dengan kualitas internasional. Namun, publik mulai realistis bahwa proses naturalisasi bukan hanya soal keinginan, tetapi juga soal regulasi, diplomasi, dan kesiapan administrasi.
Di media sosial, dukungan untuk Riedewald tetap mengalir. Unggahan Arya Sinulingga tentang “3 tahap awal beres” memicu spekulasi bahwa sang pemain mungkin termasuk di dalam daftar, meski belum ada konfirmasi resmi.
Baca Juga: Tanggung Jawab Guru di Ranah Ilmu Pengetahuan: Panduan Lengkap Sesuai Kode Etik Nasional
Jika dilihat dari kacamata pembangunan sepak bola nasional, naturalisasi pemain seperti Riedewald bukan sekadar strategi instan untuk memenangkan pertandingan. Ini adalah bentuk transfer pengetahuan taktis dan budaya profesionalisme dari Eropa ke Indonesia.
Bahkan jika kontribusinya di lapangan hanya berlangsung beberapa tahun, efeknya terhadap pemain muda lokal bisa bertahan lebih lama, terutama jika mereka belajar langsung dari disiplin dan standar kerja pemain kelas dunia.
Masa depan Jairo Riedewald di Timnas Indonesia berada di persimpangan. Jika hambatan regulasi FIFA dapat diatasi, publik mungkin akan melihatnya mengenakan seragam merah putih dalam waktu dekat. Namun jika tidak, kisah ini akan menjadi pengingat bahwa perjalanan menuju naturalisasi pemain keturunan di Indonesia membutuhkan kesabaran, strategi, dan sinergi lintas pihak.