Viral! Aksi Ustadz Koh Dennis Bagi-Bagi Cokelat di Kabin Pesawat: Ternyata Ini Alasannya (Sumber: Instagram/@kohdennislim)

HIBURAN

Ustadz Koh Dennis Bagikan Cokelat di Pesawat: Gestur Mengharukan demi Redam Tangis Bayi di Penerbangan Perdana

Rabu 06 Agu 2025, 16:16 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dalam dunia yang serba cepat dan sering kali penuh tekanan, tindakan kecil yang tulus dapat memiliki dampak luar biasa. Itulah yang dilakukan oleh Ustadz Koh Dennis Lim dalam penerbangan bersama keluarganya.

Menyadari bahwa bayinya yang baru berusia 8 bulan bisa saja menangis dan mengganggu kenyamanan penumpang lain, Dennis mengambil inisiatif tak biasa membagikan cokelat, permen, dan secarik surat permintaan maaf dari sang bayi kepada seluruh penumpang.

Tindakan ini bukan sekadar “gimmick viral” atau bentuk pencitraan. Lebih jauh dari itu, ini adalah contoh nyata empati, komunikasi interpersonal yang efektif, serta tanggung jawab sosial dalam ruang publik.

Baca Juga: Rumah BUMN Telkom Wujudkan Mimpi UKM Naik Kelas melalui Sejuta Kemasan Menarik

Isi Surat Sang Bayi: Bahasa Cinta dan Pengertian

Isi surat yang dibagikan sangat sederhana, namun menyentuh hati:

"Aku gugup dan takut, ini penerbangan pertamaku. Mungkin aku akan menangis atau mengeluarkan banyak suara. Jadi ibuku menyiapkan tas kecil, ada permen dan cokelat di dalamnya. Selamat perjalananmu, terima kasih."

Surat ini ditulis dalam dua bahasa—Indonesia dan Inggris—menunjukkan kesungguhan untuk merangkul semua kalangan penumpang. Surat tersebut tidak hanya menyampaikan permintaan maaf, tetapi juga menggugah simpati pembaca. Seolah-olah bayi tersebut berbicara langsung dengan penumpang, menyampaikan rasa takut, ketidakpastian, dan keinginannya untuk tidak merepotkan siapa pun.

Tanggapan Publik: Ketika Empati Menular

Video pendek yang membagikan momen tersebut diunggah oleh akun Instagram @pembasmi.kehaluan.reall dan langsung menyedot perhatian publik. Netizen menanggapi dengan beragam komentar positif, mulai dari rasa kagum hingga refleksi diri.

"Baru kali ini lihat ada yang sepeduli itu. Salut banget."
"Malu rasanya kalau kita sebagai orang dewasa justru lebih ribut di pesawat daripada bayi."

Tanggapan seperti ini mencerminkan kerinduan masyarakat akan tindakan-tindakan penuh empati, yang kadang terasa langka dalam kehidupan sehari-hari.

Bukan Sekadar Simpati, Tapi Ajaran Tentang Komunikasi

Mengapa tindakan ini menjadi viral dan begitu diapresiasi? Karena Dennis melakukan sesuatu yang sulit—mengantisipasi ketidaknyamanan, mengambil tanggung jawab atas potensi gangguan, dan meredamnya dengan bahasa kasih. Alih-alih bersikap defensif saat bayinya menangis, ia justru melakukan langkah proaktif untuk menjembatani kesalahpahaman yang mungkin timbul.

Di sinilah kita melihat kekuatan komunikasi antarmanusia. Dalam situasi sesederhana penerbangan, yang seringkali penuh stres, sebuah surat bisa menjadi jembatan pemahaman dan toleransi.

Menjadi Orang Tua yang Bertanggung Jawab Secara Sosial

Tidak sedikit orang tua yang merasa tertekan saat harus membawa bayi dalam perjalanan udara. Tangisan bayi bisa menimbulkan keluhan dari penumpang lain, dan tidak semua orang siap menghadapi tekanan tersebut.

Apa yang dilakukan Ustadz Koh Dennis memperlihatkan sebuah pelajaran penting: menjadi orang tua bukan hanya soal mengurus anak, tapi juga soal menjadi bagian dari masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab.

Dengan memberikan permen dan cokelat, Dennis menyampaikan satu pesan utama: “Saya peduli pada kenyamanan Anda, meski saya harus membawa bayi saya dalam penerbangan ini.”

Peran Tokoh Publik dalam Menebar Inspirasi

Sebagai pendakwah yang aktif di media sosial, Dennis Lim memang dikenal dengan gaya dakwahnya yang santun dan penuh toleransi. Sebagai mualaf berdarah Tionghoa, ia membawa narasi keislaman yang inklusif, penuh kasih, dan tidak menghakimi.

Tindakannya di pesawat hanya salah satu dari sekian banyak contoh kehidupan nyatanya yang mencerminkan nilai-nilai Islam moderat. Ia menginspirasi dengan cara yang membumi, lewat tindakan nyata, bukan hanya kata-kata.

Dalam berbagai konten media sosialnya, Dennis kerap membahas topik-topik seperti hubungan keluarga, toleransi antarumat beragama, dan pentingnya saling menghormati di ruang publik.

Makna Sosial dan Budaya di Balik Tindakan

Dalam konteks sosial-budaya Indonesia, tindakan Dennis sangat relevan. Masyarakat kita masih sering menempatkan “kenyamanan pribadi” di atas kepentingan umum. Misalnya, ketika ada anak kecil yang menangis di tempat umum, tidak jarang komentar negatif langsung dilontarkan tanpa empati terhadap orang tua.

Melalui tindakannya, Dennis memperlihatkan bahwa bisa saja kita mengantisipasi reaksi negatif dengan cara yang menyenangkan dan mendamaikan. Ia membalik potensi konflik menjadi ruang dialog dan penerimaan.

Baca Juga: Blak-blakan! Fujianti Utami Ungkap 3 Keinginan di Tahun 2025: Pacar, Villa di Bali, hingga Mobil Baru

Pelajaran untuk Semua: Empati Itu Menular

Satu kantong kecil berisi permen dan secarik surat mungkin tidak akan mengubah dunia. Namun tindakan kecil ini mampu mengubah suasana hati satu pesawat.

Bayangkan jika lebih banyak orang bertindak dengan empati yang sama dalam antrean bank, di jalan raya, atau di ruang publik lainnya. Dunia akan menjadi tempat yang lebih nyaman ditinggali.

Tindakan Ustadz Koh Dennis adalah pengingat bahwa ruang publik bukan hanya tempat untuk bepergian, tetapi juga ladang empati dan kebersamaan. Dalam dunia yang sering kali kaku dan penuh prasangka, tindakan kecil penuh cinta seperti ini mampu menghangatkan suasana dan membuka hati.

Semoga langkah Dennis menginspirasi kita semua untuk tidak hanya menjadi orang tua yang baik, tapi juga warga masyarakat yang peka, penuh pengertian, dan bijak dalam menghadapi perbedaan.

Empati, seperti halnya cokelat dalam kantong kecil itu, bisa jadi sederhana tapi manisnya terasa oleh semua.

Tags:
surat permintaan maaf dari bayibayi menangis saat penerbanganempati sosial di pesawatUstadz Koh Dennis

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor