POSKOTA.CO.ID – Kesalahan adalah bagian yang tak terhindarkan. Namun, yang membedakan seorang investor berpengalaman dengan pemula bukanlah seberapa banyak ia salah, melainkan bagaimana ia belajar dari kesalahan tersebut.
Inilah pesan utama yang disampaikan oleh investor muda Indonesia, Timothy Ronald, dalam refleksi jujurnya tentang perjalanan sebagai investor.
Oleh karena itu, simak terus artikel ini sampai selesai untuk mengetahui ulasan selengkapnya.
Baca Juga: 5 Industri Masa Depan yang Bisa Bikin Kaya Raya Menurut Timothy Ronald
Kesalahan yang Terulang
Timothy membuka pengakuannya dengan sangat terbuka. Ia menyadari bahwa kesalahan terbesarnya sebagai investor adalah tidak belajar dari kesalahan yang sama di masa lalu.
“Kesalahan terakhir ya dari seorang investor adalah ini yang gua lakukan terus, tidak belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya,” ujarnya.
Ia mengakui pernah terlalu percaya diri (overconfidence) saat berinvestasi di pasar saham (equity market). Dan ketika masuk ke dunia kripto, bukannya lebih hati-hati, Timothy justru mengulangi kesalahan yang sama.
“Gua juga udah tahu kesalahan gua banyak. Tadi gua juga overconfidence, gua salah di equity market, tapi akhirnya apa? Gua overconfidence lagi kan di crypto, kebakar lagi, kena todong lagi kepala gua.”
Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Investasi Leher ke Atas? Begini Penjelasan Timothy Ronald
Sikap Terbuka terhadap Kesalahan
Dalam pernyataannya, Timothy juga menyinggung soal mentalitas yang sering ditemui di kalangan investor atau trader yang enggan mengakui kesalahan sendiri.
“Kalau ada yang bilang kayak, 'Oh, gua selalu benar,' kalau salah tuh salahnya pemerintah, itu bangsat biasanya orang miskin kayak begitu.”
Menurutnya, seorang investor sukses justru terbuka terhadap kesalahan pribadi. Ia mencontohkan tokoh legendaris dunia investasi, Warren Buffett, sebagai sosok yang jujur terhadap kekeliruannya.
“Kalau orang udah kaya, Buffett dia terbuka dengan kesalahannya. Gua juga terbuka dengan kesalahan gua karena kita tidak mungkinlah make money 100 persen di market.”
Timothy menekankan bahwa tidak ada satu pun investor yang selalu untung di pasar. Bahkan dirinya sendiri, yang sudah memiliki pengalaman lebih dari satu dekade, masih sering melakukan kesalahan.
Baca Juga: Timothy Ronald Jelaskan 5 Tingkatan Manusia dalam Dunia Kapitalisme: Kamu Ada di Level Mana?
Jam Terbang Tak Bisa Dibohongi
Salah satu poin penting dalam pernyataan Timothy adalah soal jam terbang. Ia menegaskan bahwa apa yang ia sampaikan bukanlah hasil mencontek pendapat orang lain, melainkan buah dari pengalaman pribadi selama bertahun-tahun menganalisis pasar.
“Gua ngomong based on pengalaman gua sendiri, experience gua sendiri, bukan experience orang lain gua contek terus gua ngomong kayak seolah gua udah tahu.”
Dengan lebih dari 30.000 jam analisis pasar, Timothy menekankan bahwa keahlian dalam investasi dibentuk oleh proses panjang, kegagalan, serta pembelajaran dari pengalaman nyata.
“Itu bedanya jam terbang. Gua analisa market 30.000 jam, itu lebih 10 tahun ya.”