JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat kenaikan jumlah penduduk miskin di Ibu Kota pada tahun 2025.
"Jumlah penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2025 mencapai 464.000 orang, meningkat 15.000 orang dari September 2024 yang sebesar 449.000 orang," ujar Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanuddin, Sabtu, 26 Juli 2025.
Ia menyebut, garis kemiskinan juga mengalami kenaikan.
"Garis kemiskinan pun naik menjadi Rp852.798 per kapita per bulan, meningkat sebesar 6,79 persen dibandingkan September 2024," lanjutnya.
Baca Juga: Kemiskinan di Jakarta 2025 Naik 0,14 Persen dari Tahun Lalu
Selain jumlah dan persentase, BPS juga mencatat dua indikator pelengkap, yaitu Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).
"Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 0,549 (September 2024) menjadi 0,574 pada Maret 2025 dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik dari 0,106 menjadi 0,111 persen," ujar Nurul.
Menurutnya, dua indeks ini menunjukkan kelompok miskin makin terpuruk.
"Dan ketimpangan di antara kelompok miskin sendiri juga makin lebar/makin parah," kata Nurul.
BPS juga mencatat Gini Rasio DKI Jakarta pada Maret 2025 mencapai 0,441.
"Angka ini jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 0,375, bahkan lebih tinggi dari provinsi-provinsi lain seperti DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan Papua," ujarnya.
Dari sisi distribusi pengeluaran, pembagian antar kelompok menunjukkan ketimpangan tajam, yakni sebagai berikut:
- 40% kelompok bawah hanya menyumbang 16,12% dari total pengeluaran
- 40% kelompok menengah menyumbang 31,44%
- 20% kelompok atas menyumbang 52,45%
Nurul menyatakan, ini menegaskan dominasi kelompok kaya dalam konsumsi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Ini Penyebab Kemiskinan Struktural
"Dengan tren peningkatan dari waktu ke waktu. Sementara kelompok bawah menunjukkan tren penurunan kontribusi," ujarnya.
Kenaikan kemiskinan perkotaan juga terjadi di provinsi lain di Pulau Jawa.
"Jawa Timur naik dari 6,83 persen ke 7 persen, Jawa Tengah dari 8,83 persen ke 9,1 persen, dan Jawa Barat dari 6,62 persen ke 6,76 persen," ucap Nurul.
Namun, Jakarta disebut memiliki karakteristik berbeda.
"Namun perlu diingat, Jakarta tidak memiliki wilayah pedesaan. Oleh karena itu, data kemiskinan Jakarta sepenuhnya merepresentasikan kemiskinan perkotaan, berbeda dari provinsi lain yang dibagi antara desa dan kota," jelasnya. (cr-4)