BOJONGGEDE, POSKOTA.CO.ID - Sulitnya mencari pekerjaan, memaksa Khadafi, 48 tahun, memilih menjadi relawan penjaga palang pintu perlintasan kereta api di Perumahan Gaperi, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Sejak dari tahun 2014, Khadafi menjadi relawan penjaga palang pintu yang dibuat dan dijaga secara swadaya masyarakat di Perumahan Gaperi, Bojonggede, untuk membantu kendaraan melintas dan mencegah terjadinya kecelakaan.
Pekerjaan yang dilakoni Khadafi tidak mendapat bayaran tetap karena sifatnya sukarela. Khadafi memperoleh pendapatan dari pemberian para pengendara yang menyeberangi perlintasan rel.
"Pandangan tidak boleh lepas sedetik pun dari palang pintu. Jika tidak, akibatnya pengendara motor yang melintas dapat jadi korban ketabrak KRL," ujar Khadafi kepada Poskota saat ditemui di pos pintu palang KRL Perumahan Gaperi, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Sabtu sore, 26 Juli 2025.
Baca Juga: Perlintasan Kereta Api di Jalan Perjuangan Bekasi Diperbaiki, Lalu Lintas Dialihkan Sementara
Kendati hanya mendapat uang dari tiap orang yang mau menyeberang, menurut Khadafi, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak di rumah. Khadafi menjaga perlintasan tidak sendirian, dan secara bergantian setiap 8 jam dengan sejumlah rekannya.
"Namanya relawan tidak digaji. Dapat uang dari pemberian pengendara motor yang melintas saja hasilnya tidak menentu. Sehari paling minim bisa mencapai Rp70 ribu. Gantiin berjaga setiap 8 jam dengan 3 shift," katanya.
Meski hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar (SD), sebagai kepala keluarga, Khadafi memegang prinsip untuk memenuhi kebutuhan bagi keluarga.
"Tiap mau berangkat keluar dari rumah selalu minta restu dengan istri. Bekerja bertugas jaga palang pintu rel dibagi per shift 8 jam kerja tiap jaga. Setelah itu gantian dengan teman-teman lainya, total ada enam orang relawan yang jaga," ujarnya.
Bekerja menjadi penjaga palang pintu ilegal, Khadafi mengaku, cukup menikmati selama bisa membantu warga, khususnya pengendara. Tapi, dalam benaknya ada keinginan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tetap.
Baca Juga: Perlintasan Stasiun Sudimara Tangsel Ditutup hingga 23 Juni, Warga Diminta Gunakan Jalur Alternatif
"Tidak tentu (uang yang didapat), suka ada orang lewat dikasih uang. Tapi, kadang juga sama-sekali tidak pernah dapat uang," ungkapnya.
Untuk mempermudah pekerjaan, Khadafi bersama 6 orang temannya urunan membeli tali, alat komunikasi HT, juga bambu untuk penghalang.
Khadafi mengatakan, arus kendaraan yang melintas cukup tinggi karena menjadi jalur alternatif warga sekitar.
"Saya jadi relawan di pintu Gaperi sudah generasi yang keempat. Jika ada tanda-tanda jika KRL mau melintas dari Bogor ke Jakarta menggunakan HT, lalu jika dari arah Jakarta ke Bogor, mengetahui tanda dari Stasiun Bojonggede kereta akan lewat," paparnya.
Suka dan duka dirasakan Khadafi dalam menjalani profesinya sebagai penjaga pintu perlintasan.
"Setiap hari juga kerap diomelin dari pengendara motor atau mobil yang tidak mau diatur," ujarnya.