POSKOTA.CO.ID – Investor muda dan pengusaha Timothy Ronald menyampaikan pandangannya soal pola pikir yang ia sebut sebagai “cara berpikir orang miskin”.
Timothy menyoroti pentingnya inversion thinking atau pola pikir terbalik dalam menghadapi persoalan kehidupan, bisnis, dan keuangan pribadi.
"Gua selalu mikir invert, invert, invert. Kalau gua punya suatu problem, gimana caranya gua melakukan berpikir kebalik ini untuk menyelesaikan masalahnya?" ujar Timothy, dikutip dari kanal YouTube miliknya.
Ia lalu mengacu pada filosofi berpikir terbalik dari mendiang Charlie Munger, mitra bisnis Warren Buffett di Berkshire Hathaway.
Baca Juga: Menghadapi Krisis Global 2030: Ini Penjelasan dan Strategi Bertahan ala Timothy Ronald
Menurutnya, pendekatan berpikir terbalik dapat membantu seseorang memetakan risiko dan mengambil keputusan secara lebih rasional.
Sebagai contoh, ia menyebut bahwa cara tercepat menghancurkan bisnis media adalah dengan berhenti mengunggah konten, sehingga kebalikannya, yakni konsistensi – adalah kunci untuk bertahan.
Timothy menyebut bahwa pola pikir yang sering kali dimiliki kelompok ekonomi lemah cenderung penuh alasan dan gengsi.
"Orang miskin itu selalu berpikir dengan alasan, enggak punya uang, enggak punya kapasitas, enggak ada orang dalam," katanya.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar masalah dalam hidup hanyalah soal kekurangan keterampilan (skill issue), bukan kekurangan modal.
Salah satu hal yang menurutnya menjadi penyebab utama kemiskinan adalah dorongan untuk menjaga gengsi di atas kebutuhan dan keamanan finansial.
"Lu mau cepat miskin? Langsung aja ya, ambil utang buat mobil baru lu," ujar Timothy. Ia mencontohkan fenomena masyarakat yang memaksakan kredit barang demi penampilan.
Ia menyampaikan bahwa selama membangun kariernya, ia tetap menggunakan mobil bekas meski memiliki miliaran rupiah di rekeningnya. "Gua lebih peduliin masa depan gua dibanding gengsi semata," tegasnya.
Baca Juga: Rahasia Atur Keuangan Ala Timothy Ronald, Gak Perlu Financial Advisor!
Lebih lanjut, Timothy mengungkapkan prinsip pribadinya untuk hidup bebas dari utang, termasuk menolak Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
"Belum punya uang buat beli rumah? Jangan KPR. Ini menurut gua pribadi ya, KPR itu enggak mampu," ungkapnya, seraya menekankan bahwa membeli properti sebaiknya dilakukan secara tunai setelah memiliki cukup dana.
Ia mengkritisi pendekatan umum para penasihat keuangan yang mendorong penggunaan leverage atau pembiayaan utang, dan menekankan bahwa perusahaan tanpa utang lebih sehat dan lebih bernilai dibandingkan yang memiliki beban pinjaman.
Timothy juga mengkritik gaya hidup pasif, minim risiko, dan kurang kerja keras sebagai faktor yang mempercepat kemiskinan. Ia menyebut perilaku konsumtif terhadap konten pendek seperti TikTok dan YouTube Shorts sebagai penghambat produktivitas.