POSKOTA.CO.ID - Menjelang pengumuman hasil seleksi masuk perguruan tinggi tahun 2025 seperti UTUL UGM dan SIMAK UI, masyarakat Indonesia kembali dihebohkan oleh kemunculan tautan-tautan palsu yang menampilkan hasil seolah seseorang telah dinyatakan lolos seleksi.
Salah satu situs yang paling banyak dibicarakan adalah Revesery, sebuah platform berbasis web yang menyajikan layanan pembuatan pengumuman seleksi palsu.
Fenomena ini viral di TikTok, Instagram Story, hingga grup WhatsApp keluarga dan sekolah. Pertanyaannya, apakah ini hanya gurauan belaka atau ada dampak yang lebih dalam?
Baca Juga: PPG Daljab Batch 3 Mapel Agama Kemenag 2025 Kapan Dibuka? Cek Jadwal dan Syarat Lengkapnya di Sini
Apa Itu Tools Revesery?
Revesery (https://tools.revesery.com) adalah situs yang memungkinkan pengguna membuat tampilan pengumuman hasil seleksi yang menyerupai halaman resmi dari berbagai jalur masuk perguruan tinggi negeri. Di antaranya termasuk:
- UTUL UGM (Ujian Tulis Universitas Gadjah Mada)
- SIMAK UI (Seleksi Masuk Universitas Indonesia)
- SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi)
- SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes)
Cukup dengan mengisi data sederhana—nama, nomor peserta, tanggal lahir, universitas impian, dan jurusan—pengguna bisa mengunduh tangkapan layar seolah mereka diterima.
Di halaman pengantar situs, Revesery secara eksplisit menyatakan bahwa tools ini dibuat “hanya untuk hiburan” dan tidak memiliki afiliasi dengan universitas mana pun. Namun, karena tampilannya begitu mirip dengan situs resmi, banyak orang terkecoh, termasuk orang tua siswa dan teman-teman yang melihat unggahan tersebut.
Panduan Membuat Fake Pengumuman ala Revesery
Jika dilihat dari antusiasme pengguna internet, terutama kalangan pelajar, cara membuat fake pengumuman ini sangat mudah dan menarik bagi mereka yang ingin “bercanda” dengan teman sekelas. Berikut langkah-langkahnya:
- Akses situs tools.revesery.com
- Pilih jalur seleksi (SNBP, SNBT, UTUL UGM, SIMAK UI, dll)
- Isi detail pribadi sesuai template yang disediakan
- Klik “Buat Temanmu Bangga!” untuk mendapatkan pengumuman palsu
- Unduh atau bagikan hasilnya ke media sosial
Tools ini secara visual akan menampilkan nama pengguna sebagai “lulus seleksi”, lengkap dengan identitas universitas dan jurusan, sehingga tampak sangat meyakinkan.
Viral di Media Sosial: Seru-seruan atau Menyesatkan?
Tak butuh waktu lama, tren ini menyebar luas di berbagai platform media sosial. Tangkapan layar pengumuman palsu dibagikan di TikTok dengan caption emosional, diunggah ke Instagram Story untuk menguji reaksi teman, bahkan dikirim ke grup keluarga.
Sebagian besar menganggap ini sebagai lelucon kreatif, tapi tidak sedikit pula yang tertipu dan merespons dengan ucapan selamat yang tulus. Sayangnya, dalam beberapa kasus, prank ini berubah menjadi bumerang.
Perspektif Manusia: Di Balik Candaan Ada Luka
Bagi sebagian siswa yang belum lolos seleksi, melihat teman mereka “lulus”—meski ternyata palsu—bisa sangat menyakitkan. Rasa kecewa, minder, hingga perasaan tertinggal kerap muncul ketika menyaksikan teman-teman tampak sukses lebih dulu.
Dalam sudut pandang psikologis, prank semacam ini bisa menambah tekanan emosional bagi mereka yang sedang berada dalam fase menunggu hasil. Rasa cemas dan harapan yang belum jelas bisa semakin diperparah dengan prank semacam ini.
Lebih dari itu, orang tua yang melihat unggahan pengumuman palsu bisa salah paham. Mereka mungkin akan menyampaikan kabar ke keluarga besar atau bahkan menyiapkan perayaan, yang kemudian justru berubah menjadi rasa malu atau kecewa ketika tahu kebenarannya.
Risiko Menggunakan Tautan Pengumuman Palsu
Meski bersifat hiburan, penggunaan tools seperti Revesery tak luput dari potensi risiko, di antaranya:
1. Menyebabkan Kebingungan Publik
Tampilan yang sangat mirip dengan situs resmi memicu kebingungan, apalagi jika dibagikan tanpa keterangan bahwa itu hanya prank.
2. Melukai Perasaan Orang Lain
Bagi siswa yang gagal lolos seleksi, prank ini bisa terasa menyakitkan dan memperburuk kondisi mental.
3. Menyebabkan Mispersepsi terhadap Universitas
Jika tangkapan layar tersebar luas tanpa klarifikasi, bisa timbul anggapan bahwa sistem pengumuman resmi mudah dimanipulasi.
4. Berpotensi Melanggar Etika
Meski belum ada regulasi hukum yang secara langsung mengatur hal ini, beberapa universitas secara terbuka mengimbau agar siswa tidak menyebarkan informasi menyesatkan terkait proses seleksi.
Klarifikasi dari Universitas dan Lembaga Resmi
Beberapa perguruan tinggi, termasuk Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, telah mengeluarkan peringatan agar calon mahasiswa hanya mengakses pengumuman resmi dari laman institusi masing-masing. Pihak kampus juga mengingatkan bahwa pengumuman resmi dilengkapi sistem verifikasi dan tercatat dalam database internal.
Langkah ini penting dilakukan untuk menjaga kredibilitas proses seleksi serta melindungi psikologis para peserta yang masih menunggu hasil.
Link Resmi Cek Pengumuman UTUL UGM, SIMAK UI, SNBP, dan SNBT
Untuk memastikan keaslian pengumuman hasil seleksi, berikut adalah daftar jalur resmi yang dapat diakses:
Jalur Seleksi | Portal Resmi |
---|---|
UTUL UGM | |
SIMAK UI | |
SNBP | |
SNBT |
Cara Mengecek:
- Kunjungi laman resmi sesuai jalur seleksi.
- Masukkan nomor peserta dan tanggal lahir.
- Klik verifikasi dan tunggu hasil.
- Hasil yang muncul sah digunakan untuk proses registrasi ulang.
Baca Juga: Jadwal Tes SKD Sekolah Kedinasan 2025: Siapkan Diri agar Lolos Seleksi, Simak Tipsnya
Bijak di Era Digital: Edukasi Sebelum Klik
Fenomena tools Revesery dan tren fake announcement ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh digital terhadap perilaku masyarakat, terutama generasi muda. Kita tidak bisa menutup kreativitas, namun penting untuk membingkainya dengan tanggung jawab sosial.
Menggunakan internet untuk bercanda memang sah-sah saja. Namun, jika konten tersebut bisa menimbulkan kerugian emosional atau informasi menyesatkan, maka perlu ada kontrol diri.
Kita bisa mendorong generasi muda untuk lebih bijak, seperti:
- Memberi watermark “fake” saat membagikan hasil editan.
- Menginformasikan secara terbuka bahwa itu hanya prank.
- Tidak menyebarkan konten tersebut di ruang publik tanpa klarifikasi.
Tools seperti Revesery mungkin hanya sekadar hiburan digital di tengah kegelisahan menanti hasil seleksi. Namun di balik lelucon itu, ada sisi manusiawi yang tak boleh diabaikan rasa harap, kegagalan, bahkan tekanan batin yang sedang dialami banyak calon mahasiswa.
Di era di mana batas antara dunia nyata dan digital semakin kabur, menjadi bijak dalam berinteraksi di media sosial adalah bentuk empati paling nyata.