Bongkar Cara Timothy Ronald Hasilkan 100 Miliar: Modal Kecil, Hasil Maksimal (Sumber: Youtube/Timothy Ronald)

EKONOMI

Strategi Bisnis Timothy Ronald Raup Rp100 Miliar dalam 2 Tahun, Ini Langkah-Langkahnya

Jumat 18 Jul 2025, 13:27 WIB

POSKOTA.CO.ID - Banyak yang mungkin mencibir ketika seorang pemuda usia 22 tahun menyatakan ingin membangun kekayaan senilai Rp100 miliar hanya dalam dua tahun. Tapi di balik pernyataan itu, tersimpan strategi yang tidak hanya realistis, tapi juga relevan dengan lanskap ekonomi saat ini.

Pemuda ini bukan hanya berbicara besar. Ia menyusun rencana jangka panjang yang berdasar pada riset mendalam, pemahaman industri, serta pengalaman langsung membangun bisnis.

Melansir dari channel Youtube @Timothy Ronald, dalam video dokumentasinya, ia membeberkan langkah-langkah yang akan ia ambil, dengan fondasi kuat pada sektor edukasi praktikal dan pemanfaatan aset digital.

Di tengah maraknya konten “cepat kaya” yang dangkal, video ini justru memberikan pendekatan yang jujur. Ia tak berusaha menipu diri sendiri menyadari bahwa untuk menjadi konglomerat, dibutuhkan puluhan tahun dan disiplin panjang. Namun, ia memilih untuk mendokumentasikan proses berpikir dan langkahnya agar kelak bisa jadi cermin dan pembelajaran bagi dirinya dan orang lain.

Baca Juga: Bank Jakarta Siap Dukung Persija Arungi Super League 2025-2026

Obsesinya Sejak Kecil: Konglomerat Sebagai Role Model

Sejak kecil, ia mengaku memiliki obsesi terhadap para konglomerat Indonesia. Ia mempelajari perjalanan bisnis keluarga besar seperti Salim Group, Sinarmas, hingga para pengusaha properti dan rokok. Ia tertarik pada bagaimana mereka membangun imperium bisnis dari satu sektor lalu berkembang menjadi grup multinasional.

Melihat Peluang di Edukasi Praktis

Indonesia mencatatkan sekitar 5 juta siswa masuk ke sekolah dasar setiap tahun. Namun, angka ini menurun tajam saat memasuki jenjang SMA dan SMK. Menariknya, lebih banyak siswa memilih jalur SMK karena ingin langsung bekerja. Di sinilah ia melihat celah masyarakat membutuhkan sekolah kejuruan yang mengajarkan keterampilan nyata.

“Daripada belajar digital marketing dari guru SMK, kenapa tidak langsung dari praktisi Gojek atau content creator aktif?” katanya.

Ia berencana membangun platform edukasi tempat orang bisa belajar keterampilan dunia nyata dari digital marketing, konten kreatif, hingga pemrograman blockchain langsung dari para pelakunya.

Edukasi sebagai Jalan Menuju Permanent Capital

Apa yang ia bangun bukan sekadar akademi online. Visi jangka panjangnya adalah menciptakan kampus yang menghasilkan permanent capital istilah untuk dana abadi yang tidak akan pernah ditarik keluar, seperti model endowment di kampus-kampus elite dunia.

Menurutnya, inilah kunci menjadi limited partner (LP), bukan general partner (GP) dalam dunia investasi.

Dari GP ke LP: Perubahan Paradigma Setelah Bertemu Mentor

Awalnya, ia ingin membangun venture capital fund mengumpulkan dana dari investor dan mengelola portofolio startup. Namun, pertemuan dengan seorang pengelola private equity asal Singapura membuka perspektifnya. Dalam sesi diskusi tentang "Map of Money", ia menyadari bahwa pemain sejati dalam dunia finansial global bukan GP, melainkan LP.

LP seperti kampus Harvard atau Yale, sovereign wealth fund, dan dana pensiun adalah sumber dana terbesar yang tak tergantikan. Mereka tidak bekerja keras mengelola portofolio, tapi menaruh dana ke berbagai instrumen investasi dan menerima hasil dalam jangka panjang.

Mengenal Endowment Fund: Cara Harvard Main Game Investasi

Ia menjelaskan bahwa kampus seperti Harvard dan Yale tidak bergantung pada uang kuliah. Endowment mereka mencapai puluhan miliar dolar dan menghasilkan pendapatan tahunan cukup untuk menghidupi seluruh operasional universitas.

Strateginya: membangun sistem mirip endowment dengan sumber dari uang kursus atau pelatihan. Dalam kasusnya, ia menggunakan kursus crypto, blockchain, dan keuangan digital sebagai platform penghasil revenue.

Membangun Akademi Crypto: Langkah Awal Menuju Dana Abadi

Ia mengaku kini tengah fokus membangun Crypto Academy tempat belajar crypto, blockchain, dan smart contract dari nol. Semua keuntungan dari akademi ini tidak akan digunakan untuk konsumsi pribadi, melainkan dimasukkan dalam portofolio crypto pribadi yang dikelola seperti endowment fund.

Dengan target net profit sekitar Rp25 miliar per tahun, ia yakin dalam dua tahun akan terkumpul dana Rp100 miliar yang bisa digunakan sebagai permanent capital untuk mendanai proyek-proyek jangka panjang.

Kenapa Crypto?

Menurutnya, dengan momentum halving Bitcoin tahun 2024 dan prediksi bullish market pada 2025, menyimpan aset crypto seperti Bitcoin dan Ethereum adalah strategi akumulasi yang masuk akal. Dengan asumsi pertumbuhan nilai dua kali lipat, portofolionya bisa mencapai Rp100 miliar dalam waktu dua tahun.

Education is High-Margin, Low Overhead

Bisnis edukasi memiliki margin tinggi dan biaya operasional rendah. Sekolah atau kursus hanya butuh sistem dan sumber daya manusia yang bisa didigitalisasi. Bahkan dengan modal awal kecil, kursus online bisa menjangkau ribuan peserta dan menghasilkan pendapatan signifikan.

Baca Juga: Bank Jakarta Siap Dukung Persija Arungi Super League 2025-2026

“The Game is to Become Harvard, Not Join Harvard”

Pernyataan ini merangkum intinya: ia tak ingin hanya ikut dalam sistem ia ingin membangun sistemnya sendiri. Menjadi lembaga yang memiliki sumber daya finansial, intelektual, dan sosial untuk bertahan puluhan tahun ke depan.

Menariknya, ia menegaskan bahwa video yang ia buat sebenarnya bukan ditujukan untuk penonton, tapi untuk dirinya sendiri di masa depan. Sebuah refleksi. Ia ingin tahu apa yang dipikirkan dirinya di usia 22 tahun ketika baru memulai.

Seperti video jurnal seorang calon konglomerat dokumentasi pemikiran, bukan sekadar motivasi kosong.

Strategi membangun kekayaan bukan hanya tentang angka, tetapi tentang sistem. Dengan pemikiran yang terstruktur, pengalaman membangun bisnis, dan pemahaman terhadap mekanisme finansial dunia, seorang anak muda Indonesia menyusun langkah menuju pencapaian besar.

Edukasi praktikal dan permanent capital menjadi fondasi, dengan impian membangun “Harvard-nya Indonesia” sebagai tujuan akhirnya.

Tags:
Timothy RonaldAkademi crypto IndonesiaEdukasi praktis digital marketingCara jadi konglomerat mudaStrategi membangun aset 100 miliar

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor