Ilustrasi tiga orang di warung kopi, salah satunya berkata, “Harus pintar akting biar pada simpatik dan haru...” Kartun ini menyindir perilaku pencitraan demi menarik simpati publik. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

SERBA-SERBI

Obrolan Warteg: Politik Gorong - Gorong

Kamis 17 Jul 2025, 06:38 WIB

POSKOTA.CO.ID - Cara politik yang saat ini yang banyak disukai adalah yang menimbulkan rasa haru.

Padahal, gaya politik yang menimbulkan keharuan penuh dengan kepalsuan, namun disenangi.

Ini pendapat Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin ketika memberi sambutan pada acara pengukuhan Lembaga Kaderisasi Nasional (LKN), di Jakarta, Senin, 14 Juli 2025.

Seperti diberitakan, atraksi politik mengharukan ini disebutnya dengan istilah politik gorong - gorong.

“Boleh juga istilahnya, politik gorong - gorong,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Banteng dan Gajah

“Jadi ingat ada yang rela keluar masuk gorong- gorong untuk mengecek saluran yang mampet,” kata Yudi.

“Bagus dong itu namanya pejabat yang mau blusukan melihat langsung kondisi lapangan, bukan laporan asal bapak senang,” kata Heri.

“Tetapi benar nggak masuk ke dalam gorong - gorong, atau cuma action saja, demi pencitraan,” kata Yudi.

“Yang itu nggak usah dibahas. Kalau pakaian kotor dan berlumpur, pertanda nyemplung ke saluran air. Jika bajunya kering, bersih tanpa noda, mungkin cuma melongok saja,” jelas Heri.

“Jadi harus pintar akting mendatangkan keharuan dan simpati ya. Misalnya rela menyeberangi sungai dan jalan berlumpur. Bila perlu sampai terpeleset dan terseret arus,” kata Yudi. 

“Sampai segitunya sih?,” kata Heri.

‘Jika ingin viral ya harus cari sesuatu yang beda, ya tadi mendatangkan keharuan untuk mengusik perhatian publik,” urai Yudi.

“Tapi publik lama - lama akan sadar bahwa itu semua cuma politik akting untuk menarik perhatian, mendatangkan pujian dan sanjungan,” kata Heri.

“Tapi ingat loh, tak semua pujian itu tulus. Boleh jadi di balik pujian terdapat sentilan halus yang bisa mengubah pencitraan,” kata mas Bro.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Ini Penyebab Kemiskinan Struktural

“Maksudnya pujian itu hanya di bibir saja agar orang lain senang, yang ada sejatinya celaan, boleh jadi menertawakan akting politiknya,” kata Heri.

“Selama publik senang, terhibur, kenapa tidak,” ujar Yudi.

“Ya, suka - suka yang berakting. Yang penting jangan kebablasan, karena dalam gaya terdapat titik kulminasi yang bisa berbalik arah,” jelas mas Bro. (Joko Lestari).

Tags:
aktingpolitik obrolan warteg

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor