Investasi bukan soal mengejar cepat kaya, tapi soal belajar sabar, mengelola nafsu, dan menghargai proses.” — Timothy Ronald (Sumber: Instagram/@timothyronald)

EKONOMI

Timothy Ronald Quotes: Investasi Bukan Perkara Cepat Kaya, Tapi Proses Belajar Mengelola Diri

Senin 14 Jul 2025, 10:02 WIB

POSKOTA.CO.ID - "Investasi bukan soal mengejar cepat kaya, tapi soal belajar sabar, mengelola nafsu, dan menghargai proses.” -Timothy Ronald

Pernyataan sederhana ini seolah menjadi pengingat yang relevan bagi siapa saja yang pernah terjun ke dunia investasi. Dalam era digital yang serba instan, banyak orang terpikat pada janji keuntungan cepat.

Namun, perspektif Timothy Ronald menunjukkan bahwa fondasi investasi justru bertumpu pada kesabaran, disiplin, dan kemampuan mengendalikan emosi.

Baca Juga: Akses Ditutup Warga, Siswa SMAN 6 Tangsel Jalan Kaki 300 Meter di Hari Pertama Sekolah

Perspektif Unik Manusia: Mengapa Kita Selalu Ingin Cepat Kaya?

Sebagai manusia, naluri untuk mencari jalan pintas muncul dari dua dorongan dasar: ketakutan (takut ketinggalan peluang) dan keserakahan (keinginan mendapatkan lebih banyak dalam waktu singkat). Ketika harga saham atau aset kripto naik signifikan, dorongan untuk ikut-ikutan membeli sering kali lebih kuat daripada pertimbangan rasional. Begitu pula saat pasar anjlok, panik menjual terasa lebih nyaman ketimbang bertahan.

Kita sering lupa, pasar bukan tempat untuk membuktikan siapa yang paling cepat kaya, melainkan arena pembelajaran diri yang panjang. Timothy Ronald dengan jujur mengakui:

“Keputusan terburuk yang gua bikin di market selalu lahir dari ingin cepat untung, ingin cepat menang.”

Ungkapan ini mencerminkan realita banyak investor: kerugian terbesar biasanya datang bukan dari kekurangan informasi, melainkan ketidakmampuan mengendalikan diri.

Menghargai Proses: Seni Menunda Kepuasan

Satu hal yang membedakan investor sukses dan gagal bukan hanya ilmu, tetapi time horizon. Artinya, seberapa panjang kesabaran seseorang untuk menanti buah investasinya matang.

Seorang psikolog terkenal, Walter Mischel, dalam eksperimen marshmallow yang legendaris, menunjukkan anak-anak yang mampu menunda kepuasan cenderung lebih berhasil dalam hidup dewasa. Prinsip serupa berlaku di pasar modal: Anda akan diuji oleh fluktuasi harga, opini publik, hingga rumor yang mengguncang ketenangan.

Dalam konteks ini, kesabaran bukan sekadar kebajikan, melainkan senjata utama. Berinvestasi berarti menyiapkan mental untuk menerima naik-turun nilai aset, tanpa terjebak pada euforia atau keputusasaan.

Cara Menjadi Investor yang Lebih Tenang

Timothy Ronald menyarankan satu hal yang terdengar sederhana, namun amat sulit dilakukan: belajar jadi orang yang lebih tenang.

Bagaimana caranya?

  1. Tetapkan Tujuan Investasi Jangka Panjang
    Sebelum membeli aset apa pun, tanyakan pada diri Anda: “Untuk apa saya berinvestasi?” Bila jawaban Anda hanya “ingin cepat kaya,” sebaiknya pertimbangkan kembali. Tujuan yang lebih jelas seperti dana pensiun, biaya pendidikan anak, atau kebebasan finansial—akan membantu Anda menoleransi volatilitas pasar.
  2. Pahami Risiko dan Volatilitas
    Pasar akan naik dan turun. Ini sifat alaminya. Jika Anda hanya bersiap menghadapi kenaikan harga, maka setiap koreksi akan terasa seperti kegagalan. Sadarilah bahwa koreksi adalah bagian dari proses yang sehat.
  3. Batasi Paparan Informasi yang Tidak Perlu
    Di zaman media sosial, terlalu banyak informasi justru memicu impulsif. Berita “harga naik 20% dalam sehari” atau “aset X akan menuju bulan” kerap mengganggu ketenangan. Pilih sumber informasi yang berkualitas dan batasi frekuensi memantau portofolio.
  4. Biasakan Berpikir dalam Kerangka Waktu Bertahun-tahun
    Sering kali, pergerakan harga dalam hitungan hari atau minggu tidak relevan dengan potensi jangka panjang. Ketika Anda mulai memandang grafik dalam rentang 5–10 tahun, volatilitas harian akan tampak lebih jinak.
  5. Refleksi Diri dan Jurnal Emosi Investasi
    Catat setiap keputusan penting dalam investasi apa yang Anda rasakan, apa alasannya, dan apa hasilnya. Dengan cara ini, Anda akan lebih mengenali pola pikir yang kerap memicu kesalahan.

Perspektif Psikologi Pasar: Emosi Sebagai Lawan dan Sekutu

Ketika Timothy Ronald menyebut “mengelola nafsu,” ia menyinggung salah satu tema paling mendasar dalam psikologi pasar: loss aversion (rasa sakit kehilangan lebih besar daripada nikmat meraih keuntungan). Dalam praktiknya, inilah yang membuat banyak investor:

Investasi menjadi cermin diri. Ketika portofolio merah, Anda diuji apakah mampu bersabar. Ketika hijau, Anda diuji apakah mampu tetap disiplin dan tidak serakah.

Membangun Kebiasaan Investasi yang Sehat

Berikut beberapa prinsip sederhana yang dapat diterapkan siapa saja:

Baca Juga: Siapa Artis Inisial B? Ahmad Dhani Disebut Siap Laporkan Sosok Baru Usai Lita Gading

Mengapa Mentalitas “Cepat Kaya” Justru Membuat Anda Rentan

Salah satu ironi terbesar investasi adalah: makin keras Anda mengejar keuntungan instan, makin besar peluang kehilangan uang. Ini bukan sekadar teori, melainkan realita yang sudah terbukti berkali-kali.

Mentalitas cepat kaya membuat Anda:

Sebaliknya, mentalitas “marathon,” bukan “sprint,” memungkinkan Anda menghargai proses bertumbuh. Seperti kata Timothy:

“Percayalah hasil akan datang.”

Jika Anda baru memulai, ingatlah satu pesan kunci: investasi bukan perlombaan satu hari. Ini adalah perjalanan puluhan tahun yang akan menguji bukan hanya kemampuan menganalisis angka, tetapi juga keberanian, ketenangan, dan kebijaksanaan Anda.

Mengutip kembali kalimat Timothy Ronald:

“Belajar jadi orang yang lebih tenang, percayalah hasil akan datang.”

Inilah esensi investasi yang sering luput dalam euforia jangka pendek.

Tags:
Timothy RonaldTimothy Ronald quotespsikologi pasarsabar dalam investasiinvestasi

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor