POSKOTA.CO.ID - Apple tengah menghadapi tantangan produksi serius untuk iPhone 17 series setelah pemerintah China secara mendadak menarik pulang ratusan pekerja kunci dari fasilitas manufaktur Apple di India.
Langkah ini diyakini sebagai bentuk protes China atas keputusan Apple memindahkan sebagian besar produksinya dari China ke India menyusul tekanan tarif tinggi dari Amerika Serikat.
Dampaknya langsung terasa: kecepatan produksi iPhone 17 dilaporkan merosot hingga 40 persen. Padahal, India seharusnya menjadi solusi bagi Apple untuk menghindari konflik dagang AS-China.
Namun, tanpa tenaga ahli China yang selama ini mengelola operasional teknis, pabrik-pabrik Apple di India kini kesulitan mempertahankan ritme produksi.
Situasi ini semakin memanas dengan munculnya masalah lain, mulai dari kegagalan uji kualitas hingga tekanan politik dari mantan Presiden AS Donald Trump.
India sebagai Pusat Produksi Baru, Tapi Tanpa Pekerja Kunci
Apple memindahkan 70 persen produksi iPhone 17 ke India untuk menghindari tarif impor AS terhadap produk China. Menurut laporan PhoneArena, ekspor iPhone dari India melonjak 200 persen dalam 6 bulan terakhir, bahkan melebihi total ekspor tahun sebelumnya.
Namun, China merespons dengan memanggil pulang pekerja yang selama ini memegang peran vital dalam pengaturan lini produksi dan pemeliharaan mesin.
"Tanpa mereka, proses produksi melambat 30-40 persen," ungkap sumber internal Apple yang enggan disebutkan namanya.
Perlambatan ini terjadi di saat permintaan iPhone 17 diprediksi meledak, terutama untuk model dengan RAM 12 GB dan layar 120 Hz. Apple bahkan dikabarkan meminta otoritas bandara India mempercepat pengiriman ke AS untuk memenuhi permintaan pasar.
Baca Juga: Bocoran Terbaru Spesifikasi dan Harga iPhone 17 Air, Cek di Sini
Masalah Beruntun: Layar Retak, Rantai Pasok Kacau, dan Desakan Trump
Krisis Layar iPhone 17 Air
Uji kualitas mengungkap keretakan pada layar iPhone 17 Air, memaksa Apple menunda produksi sambil mencari solusi. Masalah ini diperparah oleh ketergantungan Apple pada pemasok panel China, yang kini enggan berkolaborasi penuh.
RAM 12 GB Terancam Batal
Rencana Apple meningkatkan RAM menjadi 12 GB untuk semua model iPhone 17 terhambat gangguan rantai pasok chip. Analis Ming-Chi Kuo menyebut, "Jika masalah ini berlanjut, Apple mungkin kembali ke konfigurasi RAM lebih rendah."
Trump Desak Produksi di AS
Mantan Presiden Donald Trump secara terbuka mendesak Apple memindahkan seluruh produksi ke AS. "Ini bukan hanya tentang tarif, tapi tentang kemandirian teknologi Amerika," tegas Trump dalam sebuah wawancara. Namun, analis menilai biaya produksi di AS akan melambungkan harga iPhone hingga 25%.
Ambisi 120 Hz untuk Semua Model Terancam Gagal
Apple berencana membawa layar 120 Hz ke seluruh lini iPhone 17, tak hanya varian Pro. Namun, masalah produksi dan ketergantungan pada pemasok eksternal membuat rencana ini sulit terwujud.
"Samsung, yang sudah diversifikasi produksi ke Vietnam dan Korea, tidak mengalami masalah seperti Apple," kata Display Supply Chain Consultants (DSCC). Apple tidak memiliki lini produksi layar sendiri, sehingga sangat bergantung pada mitra seperti BOE dan LG.
Masa Depan Suram untuk iPad Lipat dan Apple Intelligence
Tak hanya iPhone, proyek lain Apple juga terhambat:
- iPad Lipat ditunda lagi karena biaya produksi terlalu tinggi.
- Apple Intelligence, teknologi AI andalan, tertunda akibat keterbatasan sumber daya.
Baca Juga: Perkiraan Harga iPhone 17 Series di Indonesia dan Bocoran Spesifikasinya
Apa Langkah Apple Selanjutnya?
Tim Cook disebut sedang menjajaki opsi:
- Memperbanyak pelatihan pekerja India untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga China.
- Mencari pemasok alternatif di Korea Selatan dan Jepang untuk komponen kritis.
- Negosiasi politik dengan pemerintah AS dan China untuk meredakan ketegangan.
iPhone 17 bisa menjadi produk tersulit Apple dalam satu dekade terakhir. Jika tidak segera menemukan solusi, bukan hanya produksi yang terganggu, tetapi juga reputasi Apple sebagai raksasa inovasi teknologi bisa terancam.