Investor muda sekaligus CEO Akademi Crypto, Timothy Ronald. (Sumber: Instagram/@timothyronald)

EKONOMI

Kenapa Gen Z Miskin? Timothy Ronald Sebut Ini Biang Keroknya

Minggu 13 Jul 2025, 13:11 WIB

POSKOTA.CO.ID - Generasi Z alias Gen Z, yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an, saat ini memasuki usia produktif.

Namun alih-alih menikmati kestabilan ekonomi dan masa depan cerah, mereka justru dibayangi oleh beban finansial yang kian memberat.

Dibandingkan generasi milenial atau generasi X, Gen Z menghadapi tantangan ekonomi yang lebih kompleks.

Fenomena tersebut turut menjadi perhatian banyak pakar keuangan, termasuk investor muda sekaligus CEO Akademi Crypto, Timothy Ronald.

Melalui kanal YouTube dan media sosialnya, Timothy kerap membahas topik ini secara mendalam.

Ia menyebut, kemiskinan Gen Z bukanlah sekadar akibat gaya hidup boros, tetapi merupakan akumulasi dari sistem ekonomi global yang telah rusak secara struktural.

Menurutnya, Gen Z mewarisi sistem finansial yang sudah tidak sehat, dengan pola konsumsi yang tidak seimbang dan pendidikan finansial yang minim.

Baca Juga: Mindset Timothy Ronald: Kerja Keras Saja Enggak Cukup untuk Mencapai Kekayaan, Tapi Manfaatkan Momentum

Apa Penyebab Gen Z Miskin?

Dalam unggahan yang dilansir dari kanal YouTube Timothy Ronald, pada Minggu, 13 Juli 2025, berikut adalah beberapa alasan mendasar Gen Z kian kesulitan menata keuangan.

1. Warisan Ekonomi yang Rusak

Banyak orang tua dari Gen Z yang tumbuh di era booming ekonomi, ketika membeli rumah atau mobil bukan hal mustahil hanya dengan menabung dari gaji tetap.

Namun kini, sistem ekonomi global dibayangi oleh utang nasional yang tak terkendali, inflasi yang meroket, dan sistem kapitalisme yang semakin menyudutkan kalangan muda.

Contoh riilnya, harga beras naik drastis dalam hitungan bulan, dan kualitas pun makin menurun.

2. Ketimpangan Aset dan Efek Percetakan Uang

Setelah pandemi COVID-19, negara-negara besar melakukan pencetakan uang secara besar-besaran sebagai stimulus ekonomi.

Namun, siapa yang paling diuntungkan? Orang kaya yang menginvestasikan uang ke aset seperti properti dan saham.

Hasilnya, harga aset melambung tinggi sementara gaji tetap stagnan. Kelas menengah makin tergerus dan Gen Z tidak punya tempat.

Ketika harga sewa mengikuti harga properti yang melambung, semakin sulit bagi Gen Z untuk menyisihkan penghasilan.

Yield 2,5 persen dari properti bisa jadi alasan mengapa harga sewa meroket.

Maka, tak aneh jika Gen Z yang baru mulai bekerja, sudah kesulitan membayar kosan dan belanja kebutuhan pokok.

Baca Juga: Sumber Kekayaan Timothy Ronald dari Mana? Ini Pekerjaan Influencer Viral yang Punya Penghasilan Milyaran Rupiah

3. Mentalitas Gen Z

Masalahnya bukan hanya di sistem. Mentalitas gen Z juga jadi sorotan utama.

Banyak dari Gen Z yang terjebak dalam ilusi passion, FOMO (fear of missing out), dan gaya hidup konsumtif.

Mereka ingin hidup sesuai tren, tak mau kalah dengan teman, dan kerap membelanjakan uang untuk hal-hal yang sifatnya sementara.

Sifat sok pintar, terlalu banyak teori tanpa praktik, serta ketergantungan pada konten viral yang menyesatkan, membuat banyak Gen Z kehilangan arah.

Mereka lebih sibuk membuktikan diri di media sosial ketimbang membangun keterampilan nyata.

Gaya hidup YOLO (you only live once) membuat mereka sulit menabung, apalagi berinvestasi.

4. Pendidikan Tinggi

Tanpa disadari, sistem pendidikan juga membentuk lingkaran setan baru.

Dengan dihapusnya Ujian Nasional dan menurunnya standar pendidikan dasar, Gen Z kehilangan bekal kompetitif.

Lebih buruk lagi, skema pembiayaan seperti student loan mulai menggeliat di Indonesia.

5. AI dan Masa Depan Dunia Kerja

Perkembangan artificial intelligence (AI) menambah beban Gen Z. Banyak pekerjaan yang kini tergantikan oleh AI dalam waktu singkat.

Contoh nyatanya, perusahaan yang sebelumnya butuh 130 karyawan kini cukup beroperasi dengan 20 orang berkat efisiensi teknologi.

Job market menyusut, persaingan meningkat, dan keterampilan dasar tidak lagi cukup.

Meski sistem rusak dan realita pahit, bukan berarti Gen Z tidak bisa bangkit. Kuncinya ada pada perubahan mentalitas.

Maka dari itu, kini saatnya Gen Z berhenti menjadi penonton dan mulai berperan aktif membentuk arah baru sistem ekonomi yang lebih adil, mandiri, dan berkelanjutan.

DISCLAIMER: Artikel ini disusun semata-mata untuk tujuan edukasi dan informasi umum mengenai isu finansial dan ekonomi yang berkembang di tengah masyarakat.

Selalu konsultasikan dengan penasihat keuangan atau perencana keuangan yang profesional apabila Anda merasa perlu mendapatkan panduan yang lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Tags:
keuanganfinansialekonomiGen ZGenerasi ZCEO Akademi CryptoTimothy Ronald

Mutia Dheza Cantika

Reporter

Mutia Dheza Cantika

Editor