BANDUNG BARAT, POSKOTA.CO.ID – Waduk Cirata dan Saguling diduga tercemar logam berat merkuri.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) turun tangan mengambil sampel air dan ikan untuk memastikan dugaan kontaminasi tersebut.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan ikan hasil budidaya di Waduk Cirata mengandung merkuri dalam kadar tinggi.
Pernyataan itu memicu kekhawatiran publik soal kelayakan konsumsi ikan dari wilayah tersebut.
“Betul kemarin dari Kementerian, Pemprov Jabar, bersama kami terjun untuk ambil sampel,” kata Plh Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Bandung Barat, Lukmanul Hakim, saat dikonfirmasi, Jumat 11 Juli 2025.
Baca Juga: DLH Pandeglang Dinilai Biarkan Pencemaran Lingkungan seusai TPA Bojong Canar Ditutup
Pengambilan sampel dilakukan pada Jumat 27 Juni 2025 dari lima titik, yaitu empat di Waduk Saguling dan satu di Cirata.
Air permukaan, air dasar, serta ikan budidaya dikumpulkan untuk diperiksa di laboratorium.
“Ini semua buat cek kadar pencemaran dan kontaminasi logam berat. Hasilnya nanti jadi dasar pemerintah ambil langkah tegas,” ujar Lukmanul.
Waduk Cirata dan Saguling diketahui menyumbang 50 persen pasokan ikan untuk wilayah Jawa Barat.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung Barat, Ade Zakir, menegaskan bahwa persoalan pencemaran ini tidak bisa diselesaikan secara sepihak.
“Pencemaran ini kompleks, sumbernya bisa dari hulu Sungai Citarum. Jadi nggak bisa cuma dibebankan ke Bandung Barat saja. Harus libatkan semua pihak,” kata Ade.
Dampaknya langsung terasa bagi para pembudidaya ikan keramba jaring apung (KJA). Ribuan kepala keluarga kini resah akan kelangsungan hidupnya.
Baca Juga: Diterjang Banjir Rob, Tambak Warga di Desa Hurip Jaya Babelan Rusak, Ikan dan Udang Hanyut
“Kami sudah hitung dampaknya dari program Citarum Harum. Tapi ini butuh solusi bareng. Masa ribuan orang yang hidup dari situ tiba-tiba disuruh berhenti begitu saja,” ujarnya.
Pemerintah pusat, provinsi, dan daerah tengah berdiskusi untuk mencari solusi jangka panjang, termasuk wacana pengalihan profesi pembudidaya ke sektor lain.
“Kemarin sudah ada diskusi apakah mereka akan bergeser ke sektor pertanian atau bidang lain, itu semua sudah mulai didiskusikan. Intinya, keberlangsungan mata pencaharian masyarakat harus menjadi perhatian utama dalam proses pemulihan lingkungan ini,” ucapnya.
Ade juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
“Jangan sampai pemulihan lingkungan bikin perut masyarakat malah kosong,” kata dia.
Ia berharap langkah konkret segera diambil untuk menjaga kesehatan lingkungan sekaligus menjamin kesejahteraan masyarakat terdampak.