POSKOTA.CO.ID - Tradisi Pacu Jalur, warisan budaya khas Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, kembali menjadi pembicaraan hangat warganet.
Keunikan dan kemeriahannya tak hanya viral di dalam negeri, tetapi juga terdengar hingga ke mancanegara.
Popularitas Pacu Jalur kian meningkat berkat peran sejumlah figur publik tanah air. Selebritas seperti Luna Maya, Aloy, hingga Jessica Iskandar turut membagikan momen serunya Pacu Jalur melalui media sosial mereka.
Kehadiran tokoh-tokoh populer ini membawa tradisi tersebut ke audiens yang lebih luas, hingga muncul rasa penasaran banyak orang.
Namun di balik kehebohan tersebut, beredar kabar keliru dari sebagian pengguna media sosial yang menduga Pacu Jalur merupakan tradisi asal Malaysia. Dugaan tersebut langsung dibantah oleh Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat.
Dengan tegas, ia menjelaskan bahwa Pacu Jalur adalah budaya asli Indonesia, berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Asal-usul dan keunikan Pacu Jalur
Pacu Jalur adalah lomba dayung tradisional menggunakan perahu panjang, yang dikenal sebagai jalur. Setiap jalur dapat diisi puluhan pendayung, bahkan mencapai lebih dari 50 orang.
Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, berawal sebagai sarana transportasi dan juga hiburan masyarakat di sepanjang Sungai Kuantan.
Baca Juga: Pendaftaran Jalur Mandiri UNM Gelombang 2 2025 Dibuka! Cek Syarat dan Jadwalnya
Salah satu keunikan Pacu Jalur yang selalu ditunggu penonton adalah momen saat perahu berada di posisi terdepan.
Pada saat itu, para pendayung tidak hanya mendayung cepat, tetapi juga mempersembahkan tarian khas di atas perahu. Tarian ini menjadi penanda bagi para penonton bahwa jalur mereka tengah memimpin lomba, sekaligus menjadi hiburan yang menambah kemeriahan suasana.
Acara ini rutin digelar setiap tahun, umumnya pada minggu ketiga bulan Agustus, bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Perayaan Pacu Jalur menjadi simbol kebersamaan, semangat juang, dan upaya masyarakat dalam menjaga serta melestarikan tradisi leluhur.
Bantahan Dinas Pariwisata
Menurut Roni Rakhmat, kesalahpahaman sebagian warganet muncul lantaran Riau dan Malaysia sama-sama termasuk dalam wilayah budaya Melayu. Faktor kedekatan geografis juga kerap membuat budaya serumpun disangka berasal dari negara tetangga.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa Pacu Jalur merupakan identitas budaya yang tak terpisahkan dari masyarakat Kuansing. Roni juga menambahkan bahwa pemerintah daerah terus berupaya memperkuat identitas dan literasi budaya agar kesalahpahaman serupa tidak kembali terulang.
Salah satunya melalui pengusulan tradisi Pacu Jalur ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat pengakuan internasional terhadap Pacu Jalur sebagai kekayaan budaya Indonesia.
Pacu Jalur sebagai daya tarik wisata budaya
Selain nilai sejarah dan budaya, Pacu Jalur juga memiliki peran penting dalam sektor pariwisata Riau. Setiap tahun, ribuan wisatawan datang untuk menyaksikan perlombaan ini secara langsung.
Kehadiran wisatawan membawa dampak positif bagi perekonomian lokal, mulai dari sektor kuliner, penginapan, hingga produk kerajinan tangan.
Keberhasilan tradisi ini menjadi daya tarik wisata membuktikan bahwa budaya tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga sebagai aset ekonomi yang dapat menyejahterakan masyarakat.
Ke depannya, Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi dan Pemerintah Provinsi Riau berkomitmen memperkuat pelestarian Pacu Jalur.
Selain pengajuan ke UNESCO, juga dilakukan pengembangan sarana dan prasarana pendukung, promosi digital, serta edukasi budaya kepada generasi muda.
Semua langkah ini diharapkan dapat menjaga Pacu Jalur tetap lestari, dikenal luas di dalam dan luar negeri, serta tetap menjadi kebanggaan masyarakat Riau sebagai warisan budaya tak ternilai.