POSKOTA.CO.ID – Membentuk karakter peserta didik menjadi prioritas utama dalam pendidikan.
Program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diperkenalkan dalam Modul 3 PPG 2025 hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut.
Program ini tidak sekadar menawarkan teori, melainkan kebiasaan yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, simak terus artikel ini sampai selesai untuk mengetahui ulasan selengkapnya.
Baca Juga: Lengkap! Cara Lapor Diri PPG Guru Tertentu 2025 Tahap 2 di LPTK dan Dokumen yang Harus Diunggah
Apa Itu Program 7 Kebiasaan?
Program ini adalah bagian dari Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) yang bertujuan membentuk karakter anak Indonesia melalui tujuh kebiasaan positif yang selaras dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.
Setiap kebiasaan ditanamkan untuk membentuk generasi yang proaktif, bertanggung jawab, dan kolaboratif.
Para guru peserta PPG memberikan respons yang sangat positif. Menurut mereka:
Program ini relevan dengan tantangan global yang dihadapi generasi mendatang.
Melatih kebiasaan sejak dini lebih efektif daripada sekadar menyampaikan teori.
Kebiasaan seperti berpikir menang-menang dan bersinergi menciptakan suasana kelas yang sehat dan produktif.
Baca Juga: UKPPPG Dibuka! Catat Tanggalnya, Ini Persyaratan, dan Alur Pendaftaran PPG 2025
Sebagai bentuk dukungan, guru dapat:
- Menjadi Teladan: Menerapkan kebiasaan baik secara nyata di lingkungan sekolah.
- Integrasi ke Pembelajaran: Memasukkan nilai-nilai kebiasaan dalam RPP dan kegiatan kelas.
- Membangun Budaya Positif: Menggunakan media visual seperti Pohon Kebiasaan Baik atau poster motivasi.
- Kolaborasi dengan Orang Tua: Membangun komunikasi aktif agar pembiasaan juga dilakukan di rumah.
Baca Juga: NIM PPG Belum Terdaftar di PDDikti? Ini Penyebab dan Solusi untuk Peserta UKPPPG 2025
Selaras dengan Kurikulum Merdeka
Program ini sejalan dengan visi Kurikulum Merdeka yang menekankan pada kemandirian, gotong royong, dan bernalar kritis.
Melalui pendekatan pembiasaan, nilai-nilai tersebut bukan hanya dipahami, tapi juga dihidupi oleh peserta didik.