POSKOTA.CO.ID - Di tengah modernitas, masyarakat Jawa masih memegang teguh terhadap tradisi yang diwariskan secara turun menurun salah satunya adalah malam Satu Suro.
Satu Suro adalah momen sakral yang jatuh pada malam sebelum tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa.
Malam ini diyakini adanya aura mistis dan diisi dengan berbagai ritual yang menjadikanna lebih dari sekadar pergantian tahun.
Malam Satu Suro adalah pertemuan antara Kalender Jawa dan Kalender Hijriah. Tanggal 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam.
Hal ini adalah alkulturasi budaya yang dilakukan Sultan Agung Mataram pada abak ke-17.
Baca Juga: VIRAL Video Penampakan Sumber Air di Desa Malang Berubah Merah, Fenomena Malam Satu Suro?
Tradisi dan Makna Malam Satu Suro
Untuk masyarakat Jawa, Malam Satu Suro bukanlah waktu untuk bersuka ria atau berpesta. Sebaliknya, malam ini dimaknai sebagai momen sakral untuk introspeksi diri, meditasi, dan mendekatkan diri pada Tuhan. Berbagai tradisi yang dilakukan pada malam ini mencerminkan makna tersebut:
- Tirakatan dan Puasa: Banyak orang memilih untuk melakukan tirakatan, yaitu berdiam diri, berdoa, dan merenung semalaman. Ada pula yang menjalankan puasa atau pantangan tertentu sebagai bentuk pengendalian diri dan penyucian jiwa.
- Kirab Pusaka: Di beberapa keraton, seperti Keraton Yogyakarta dan Surakarta, Malam Satu Suro dimeriahkan dengan Kirab Pusaka. Benda-benda pusaka keraton diarak keliling kota. Prosesi ini bukan hanya tontonan, melainkan juga simbol pembersihan dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Masyarakat percaya bahwa pusaka-pusaka ini memiliki kekuatan spiritual yang dapat membawa berkah.
- Mencuci Benda Pusaka (Jamasan Pusaka): Banyak keluarga yang memiliki benda-benda pusaka, seperti keris atau tombak, akan melakukan ritual pencucian atau jamasan pada malam ini. Ritual ini dimaknai sebagai upaya merawat dan membersihkan benda-benda tersebut dari energi negatif, sekaligus sebagai bentuk penghormatan.
- Tidak Tidur Semalaman: Beberapa orang memilih untuk tidak tidur semalaman (melek) pada Malam Satu Suro. Aktivitas ini sering diisi dengan doa, zikir, atau sekadar merenung di tempat-tempat yang dianggap sakral.
- Pantangan dan Kehati-hatian: Ada kepercayaan bahwa pada Malam Satu Suro, energi spiritual menjadi sangat kuat. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk lebih berhati-hati dalam bertutur kata dan berperilaku. Beberapa orang juga menghindari bepergian jauh atau melakukan aktivitas yang dianggap bisa mengundang kesialan.