POSKOTA.CO.ID - Dalam operasi industri lepas pantai, risiko kebakaran bukan sekadar potensi ia merupakan ancaman nyata yang bisa menyebabkan kehilangan nyawa, kerusakan lingkungan, dan kerugian ekonomi besar.
Oleh karena itu, pengendalian kebakaran harus dilakukan dengan pendekatan bertingkat atau yang dikenal dalam dunia industri sebagai hierarchical control.
Pendekatan ini disusun berdasarkan efektivitas dan prioritas, dimulai dari upaya paling preventif hingga langkah terakhir berupa perlindungan personal.
Baca Juga: Ketua DPRD Jakarta Ajak Masyarakat Terlibat Aktif Selesaikan Masalah Banjir dan Macet
1. Eliminasi dan Pencegahan Risiko
Tingkatan pertama dalam hierarki adalah eliminasi, yaitu menghapus sama sekali sumber bahaya sebelum ia berkembang menjadi insiden. Dalam konteks offshore, ini berarti:
- Menghindari penggunaan bahan bakar atau zat mudah terbakar di area yang berisiko tinggi.
- Menyimpan tabung gas jauh dari area mesin atau dapur.
- Melakukan inspeksi rutin pada kabel listrik, instalasi panas, serta mesin operasional.
Praktik ini sangat ditekankan dalam pedoman Levitt-Safety dan OHEAP UK, yang menegaskan pentingnya deteksi dini dan penghapusan sumber panas yang tidak diperlukan.
2. Substitusi Material dan Prosedur Berbahaya
Jika eliminasi tidak memungkinkan, maka diterapkan prinsip substitusi: mengganti bahan atau proses yang berisiko dengan yang lebih aman. Misalnya:
- Menggunakan cairan dengan titik nyala tinggi (high flash point) sebagai bahan pendingin atau pelumas.
- Mengganti komponen konduktor listrik dengan versi tahan api atau lebih stabil secara termal.
- Menyesuaikan prosedur kerja agar tidak melibatkan pembakaran terbuka.
Sumber dari SafetyCulture dan ResearchGate menyatakan bahwa substitusi efektif untuk menurunkan potensi kebakaran tanpa mengganggu produktivitas.
3. Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Langkah selanjutnya adalah rekayasa teknik, yakni menciptakan sistem perlindungan berbasis teknologi. Di area offshore, rekayasa ini diwujudkan dalam bentuk:
- Fire Detection System: Sensor asap, detektor panas, dan alarm terintegrasi yang mendeteksi bahaya secara otomatis.
- Sprinkler System dan Water Mist: Penyemprot otomatis berbasis air tekanan tinggi untuk meredam api di tahap awal.
- Fire-rated Partition: Sekat ruangan yang tahan terhadap suhu ekstrem guna mencegah penyebaran api.
- Ventilasi Tahan Api: Sistem ventilasi yang mencegah asap masuk ke ruang penyelamatan dan akomodasi kru.
Pedoman dari ScienceDirect dan Offshore Energies UK (OEUK) merekomendasikan semua platform migas untuk menerapkan kontrol teknis ini sebagai sistem pertahanan utama.
4. Kontrol Administratif
Meski teknologi sudah canggih, pengendalian administratif tetap menjadi fondasi penting. Langkah-langkah yang umum diterapkan mencakup:
- Pelatihan kebakaran untuk seluruh kru secara periodik, termasuk penggunaan APAR dan navigasi jalur evakuasi.
- Penetapan jadwal inspeksi alat pemadam kebakaran dan pengecekan fungsi sensor.
- Simulasi keadaan darurat minimal dua kali setahun.
- Prosedur kerja standar (SOP) yang wajib diikuti dalam setiap kegiatan pengelasan, pengisian bahan bakar, atau pengoperasian alat berat.
Organisasi seperti OSHA (Occupational Safety and Health Administration) menekankan bahwa kontrol administratif dapat menurunkan risiko kecelakaan hingga 70% jika diterapkan konsisten.
5. Perlengkapan Pelindung Diri (PPE) Sebagai Lapis Terakhir
Langkah terakhir dalam hierarki pengendalian adalah penggunaan Personal Protective Equipment (PPE). Di platform offshore, PPE bukan pilihan, melainkan kewajiban. Jenis-jenis PPE yang diwajibkan meliputi:
- Baju tahan api (fire retardant clothing) yang menahan suhu tinggi.
- Helm keselamatan dan sarung tangan isolasi panas.
- Respirator atau masker asap untuk perlindungan pernapasan.
- Sepatu anti-statis untuk mengurangi percikan listrik saat berjalan di permukaan logam.
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai senjata lini pertama saat insiden terjadi.
Walaupun PPE tidak menghapus bahaya, ia sangat krusial untuk meminimalisir cedera serius dan memberi waktu bagi kru untuk menyelamatkan diri. Sumber dari Levitt-Safety menyebutkan bahwa 90% korban selamat dalam kebakaran offshore menggunakan PPE sesuai standar.
Baca Juga: Daftar Lengkap Acara HUT Jakarta ke-498: Puncak 22 Juni dan Perayaan hingga Agustus 2025
Studi Kasus Implementasi Nyata
Salah satu contoh implementasi nyata hierarchical control adalah pada platform pengeboran milik Petronas di Laut Cina Selatan. Dalam insiden kecil pada 2023, sistem deteksi asap bekerja otomatis dan mengaktifkan sprinkler dalam waktu kurang dari 10 detik. Berkat pelatihan berkala dan kesiapan kru, tidak ada korban jiwa, serta kerugian dapat ditekan hingga di bawah $10.000.
Platform ini telah menerapkan kelima tingkat kendali, dari prosedur eliminasi kabel lama hingga distribusi masker asap di semua kabin. Kasus ini menjadi contoh konkret bahwa pendekatan bertingkat bukan teori belaka, melainkan praktik yang menyelamatkan.
Keselamatan kerja offshore bukan hanya urusan teknologi atau alat pemadam. Ia memerlukan sinergi antara manusia, sistem, dan kebijakan.
Hierarki pengendalian risiko kebakaran adalah kerangka kerja yang harus diterapkan secara disiplin oleh semua pelaku industri dari teknisi hingga manajemen puncak.
Dengan pemahaman mendalam dan pelatihan yang konsisten, pendekatan ini bisa menyelamatkan nyawa dan menjaga keberlangsungan operasional. Dalam dunia industri laut yang keras dan tak kenal kompromi, keselamatan bukan sekadar angka di laporan audit tetapi harga hidup itu sendiri.
Jika Anda pelaku industri migas atau profesional keselamatan kerja, pastikan platform Anda telah memenuhi seluruh tingkatan dalam hierarchical control ini. Karena dalam dunia offshore, satu percikan kecil bisa mengubah segalanya.